DE

Hak Asasi Manusia
Diskusi Publik “Perempuan, Kekerasan dan Kebebasan Individu”, Hosen’s Culinary

Ciputat, 16 Juni 2016
Diskusi Publik “Perempuan, Kekerasan dan Kebebasan Individu”, Hosen’s Culinary
© FNF Indonesia

Dalam waktu beberapa bulan terakhir, pemberitaan mengenai kasus kekerasan seksual terhadap perempuan terus mencuat. Pemberitaan mengenai kasus pemerkosaan YY di Rejang Lebong, Bengkulu diikuti dengan kasus-kasus lain yang tidak kalah mencengangkan. Isu kesetaraan gender hingga kebebasan individu dan otoritas atas tubuh pun menjadi hangat diperbincangkan. Turut berpartisipasi dalam wacana isu tersebut, Friedrich Naumann Foundation bekerjasama dengan Freedom Institute, Liberty Studies, Youth Freedom Network dan suarakebebasan.org menyelenggarakan Diskusi Publik bertajuk “Perempuan, Kekerasan dan Kebebasan Individu” pada hari Kamis, 16 Juni 2016 di Hosen’s Culinary, Ciputat.

Diskusi diawali dengan sambutan dari Program Officer FNF Indonesia, Muhammad Husni Thamrin dan Ketua Liberty Studies, Fadly Noor Muhammad Azizi. Dalam sambutannya, MH Thamrin menjelaskan bahwa kekerasan seksual tidak hanya terjadi pada perempuan, namun juga terhadap laki-laki. Dalam hal ini, penegakan hukum (rule of law) menjadi elemen penting yang sangat penting untuk diperhatikan.

Diskusi dibuka dengan pembicara dari Liberty Studies, Nadya K. Melati. Dalam presentasinya, Nadya menjelaskan mengenai prinsip dasar Feminisme dan bagaimana rape culture masih terjadi di Indonesia. Rape culture terjadi ketika masyarakat menganggap tindak pemerkosaan sebagai sesuatu yang normal. Hal ini berkaitan erat dengan perilaku atau sikap masyarakat terhadap perkara seksualitas. Beberapa perilaku yang mencerminkan rape culture ini misalnya adalah victim blaming, objektifikasi seksual dan perilaku pembiaran lainnya. Terkait hal ini, pemberitaan sejumlah media di Indonesia seringkali memotret kasus-kasus pelecehan seksual sebagai bahan candaan atau juga cenderung menyalahkan minuman keras dan narkoba sebagai sebab.

Diskusi Publik “Perempuan, Kekerasan dan Kebebasan Individu”, Hosen’s Culinary
Nadya K. Melati dari Liberty Studies © FNF Indonesia

Diskusi kemudian dilanjutkan dengan paparan pembicara Donna Swita dari Solidaritas Perempuan. Dalam paparannya, Donna memaknai kekerasan seksual sebagai setiap bentuk perilaku yang memiliki muatan seksual dan dilakukan seseorang atau sejumlah orang namun tidak disukai sehingga menimbulkan akibat negatif pada diri orang yang menjadi korban, seperti: rasa malu, tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga diri, kehilangan kesucian, dan sebagainya. Donna mengkritisi anggapan-anggapan yang seringkali muncul dalam masyarakat Indonesia terkait kasus pemerkosaan, seperti perempuan yang seringkali disalahkan karena pakaian yang dianggap memancing tindak pelecehan. Negara sebenarnya telah memiliki instrumen hukum nasional maupun internasional yang dapat dijadikan sumber penegakan hukum kasus-kasus serupa. Untuk itu, Donna merekomendasikan adanya penguatan sistem melalui pengesahan RUU Kekerasan Seksual dan penghapusan kebijakan yang bersifat diskriminatif. Sementara itu, ia juga mengajak masyarakat agar berperan aktif dalam menyebarkan kesadaran mengenai pencegahan dan penghentian kekerasan seksual.

Diskusi Publik “Perempuan, Kekerasan dan Kebebasan Individu”, Hosen’s Culinary
Donna Swita dari Solidaritas Perempuan © FNF Indonesia

Mengambil perspektif kebebasan individu, pembicara ketiga, Ulil Abshar Abdalla dari Indonesian Conference on Religion and Peace mengungkapkan bahwa kebebasan merupakan hal yang menjadikan manusia seutuhnya. Kebebasan pun tidak dapat dimaknai sebagai sesuatu tanpa batasan, namun seharusnya dipergunakan dengan tanggung jawab. Kebebasan pun erat kaitannya dengan penghargaan terhadap hak atas individu, namun juga tidak dapat dimaknai sebagai sikap yang egois. Terkait dengan hukuman terhadap pelaku kekerasan seksual, Ulil mengungkapkan bahwa pemberian hukuman tetap harus mempertimbangkan hak hidup manusia.

Diskusi Publik “Perempuan, Kekerasan dan Kebebasan Individu”, Hosen’s Culinary
Ulil Abshar Abdalla dari ICRP © FNF Indonesia

Diskusi berlanjut dengan sesi tanya jawab. Peserta dari latar belakang yang berbeda terlihat cukup antusias dalam menanggapi paparan para pembicara. Acara kemudian diakhiri dengan buka puasa bersama dan penampilan dari Leanna Rachel, penyanyi indie dari Los Angeles yang tengah mengadakan road show di Indonesia.

Diskusi Publik “Perempuan, Kekerasan dan Kebebasan Individu”, Hosen’s Culinary
Panitia Diskusi dan Leanna Rachel © FNF Indonesia