DE

International Academy for Leadership
Kemajuan Pendidikan Memerlukan Kondisi Kebebasan

IAF Seminar "Education Policy Reforms", Gummersbach, 5 - 17 November 2017
Peserta Seminar IAF "Education Policy Reforms"

Peserta Seminar IAF "Education Policy Reforms"

©

Pada 5 sampai 17 November bulan lalu, saya memperoleh kesempatan kedua kalinya menghadiri dan berpartisipasi pada seminar International Academy for Leadership (IAF) di Gummersbach Jerman serta Ekursi ke Munich juga di Jerman. Acara Seminar yang dihadiri oleh 26 orang peserta dari 16 negara berbeda, bertajuk Education in Crisis – A Liberal Way Forward. Acara ini diselenggarakan oleh Yayasan Politik Frederich Naumann for Freedom di Akademi-nya yang nyaman, asri, dan melegenda Theodore Heuss. Setelah perdana saya mengunjungi Gummersbach dan Theodore Heuss Academy pada tahun 2010, tujuh tahun kemudian saya hadir kembali di tempat yang sama.

Namun kali ini, saya sengaja memilih topik seminar yang memerlukan tahapan persiapan dengan 5 tugas yang wajib dikerjakan semua, bila ingin dipilih sebagai partisipan. Pilihan saya tidak salah, karena pengetahuan saya lumayan bertambah melalui proses seleksi yang dipersiapkan oleh dua fasilitator seminar – Dr. Stefan Melnik dan Manali Shah. Misalnya kuliah Ted Talk yang disampaikan dengan menarik juga inspring dari Salman Khan seorang mantan Analis dari Hedge Fund pendiri Khan Academy. Bila anda belum kenal siapa dan apa yang dilakukan Salman Khan bisa melihat di link ini.  Atau narasi juga dari Ted Talk dari Sugata Mitra seorang professor dari Newcastle University yang memiliki visi membangun sekolah di awan (Build a school in a cloud). Kesemua bahan-bahan itu, kami diskusikan secara intensif melalui grup yang dibuat fasilitator untuk memfasilitasi kami pra-seminar, seperti pemanasan sebelum seminar di Gummersbach.

Acara seminar dibuka oleh perkenalan dan pengenalan Direktur IAF Bettina Solinger, termasuk perkenalan di antara peserta dan informasi-informasi penting lainnya. Acara seminar tentang krisis pendidikan diawali dengan pertanyaan Mengapa (The Why) mengulas visi dan tujuan pendidikan dari pandangan peserta. Peserta seminar diajak berpartisipasi aktif melalui rangkaian diskusi kelompok, presentasi kelompok, presentasi pribadi serupa talk show. Semuanya menarik dan memberi wawasan baru buat saya.

Sesi "The What" & "The How" yang mencakup perencanaan, hasil dan penugasan dalam pendidikan

Sesi "The What" & "The How" yang mencakup perencanaan, hasil dan penugasan dalam pendidikan

Peserta dari berbagai negara

Peserta dari berbagai negara

Lalu menjumpai pengalaman riil lapangan melalui ekskursi ke Munich. Di sana, saya dan kawan-kawan peserta seminar bertemu dengan perwakilan dari Kamar Dagang dan Industri Munich – Jorg Engelmann- di mana mereka yang telah banyak mengadakan pelatihan bagi siswa kelas 10 serta sertifkasi keahlian. Saya kira Muncih dipilih karena memiliki tradisi pendidikan vokasi yang berkualitas. Selain itu, kami juga mengadakan diskusi intensif tentang peran serta masyarakat sipil dalam bidang pendidikan yang diwakili oleh Thomas Becker beserta putrinya, dengan upaya dari aktor-aktor non Negara serta non politisi guna perbaikan kualitas pendidikan di Bavaria. Mereka telah melahirkan Munich Manifesto dengan reformasi pembelajaran abad ke-21.

Saya juga mengunjungi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kawasan Gauting bertemu Guru Bahasa Inggris, yang memulai metode pendidikan berbasis online, Reinhard Schlamp. Di samping tentunya berbincang dengan para murid SMP Gauting. Buat saya, cukup menarik mengobservasi langsung bagaimana guru mengelola kelas berbasis perangkat lunak. Saya mengira Jerman sebagai Negara maju telah lama menggunakan sistem ini. Namun nyatanya, seperti cerita pak Reinhard mereka juga baru memulai tahun lalu 2016.

Tidak lupa seperti kunjungan tahun 2010, museum di Bavaria menjadi tempat yang tidak luput didatangi. Kali ini, Kim Ludwig-Petch menceritakan bagaimana museum menjadi tempat mendidik warga mengenal sejarah mereka. Selain itu guna melengkapi ekskursi, berdiskusi dengan politisi dari Partai Demokrasi dan Kebebasan wilayah Munich Britta Hundesrugge mengulas bagaimana ekonomi Jerman tetap mampu bersaing? Keterkaitan antara pendidikan dan pasar tenaga kerja.

Sepulang dari ekskursi empat hari ke Munich, kembali ke kelas guna sesi berbagi pengalaman dari pelaku pendidikan sebagai pengelola sekolah swasta murah Ekta Sodha (Chief Executive Officer/CEO Cadmus Sodha Shools) dan Professor James Tooley (Guru Besar Kebijakan Pendidikan di Universitas Newcastle Upon Tyne). Ekta Sodha bercerita tentang pengalamannya mengelola Sekolah Swasta Murah di Gujarat, salah satu negara bagian di India. Kini, Ia juga memiliki kemitraan dengan Cadmus, di mana James Tooley berperan sebagai angel investor-nya menanamkan dana berinvestasi di bidang pendidikan dasar yang terjangkau.

Sepulang dari Seminar IAF ini, ada banyak semangat baru serta pengetahuan yang ingin saya bagikan. Secara bertahap, saya akan persiapkan serangkaian kegiatan replikasi sehingga pengetahuan dan ilmu yang diperoleh menjadi semakin berguna. Satu pelajaran terpenting yang saya peroleh adalah kemajuan pendidikan suatu Negara jelas memerlukan kondisi alamiah bernama kebebasan. Pra-Seminar, Seminar dan Eksursi dengan jelas dan nyata memberikan bukti pentingnya kebebasan bagi perkembangan serta kemajuan pendidikan. Tanpa kebebasan, maka pendidikan tidak dapat berkembang secara maksimal.

Tidak lupa pula, para peserta berbagi cerita pada sesi My Key Takeaway di hari terakhir seminar 16 November sebelum penutupan.

Kebersamaan peserta

Kebersamaan peserta

*Artikel ini adalah tulisan dari delegasi IAF asal Indonesia, Muhamad Ikhsan yang bekerja senahao Senior Researcher Paramadina Public Policy Institute di University of Paramadina, Jakarta – Indonesia.