DE

International Academy for Leadership
Menelisik Permasalahan Pasar dan Kewirausahaan

Seminar IAF "Political Avenues in Promoting Market and Entrepreneurship", Gummersbach, 2016

International Academy for Leadership (IAF) adalah forum dan tempat untuk membahas isu-isu politik internasional, IAF pertama kali diselenggarakan di Sintra, Portugal sekitar 1990-an dan kemudian kini diselenggarakan di Gummersbach (Jerman) oleh Theodor Heuss Academy sejak dari tahun 1995. Di sini peserta dari seluruh dunia dapat menemukan kesempatan untuk berbagi pengalaman politik,ekonomi, sosial dan budaya, serta secara bersama-sama mencari solusi liberal untuk masalah yang sedang dihadapi. IAF dirancang untuk mempertemukan para pakar terkenal dan praktisi di berbagai bidang, pengusaha, politisi, serta pemuda untuk membahas topik internasional terkait dengan permasalahan politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, media dan masalah keamanan. Pada forum yang toleran dan bebas ini, peserta berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka, mereka datang dengan solusi liberal dan mengedepankan pendekatan umum mempromosikan kebebasan intelektual dan keragaman budaya.

IAF mendorong toleransi antar budaya, agama dan sistem politik sehingga memberikan kontribusi untuk pencegahan dan perdamaian konflik. Selain itu, memperkuat jaringan antarbenua dan wilayah dimana proyek Frederic Naumann Foundation berjalan. Peserta dalam kegiatan IAF menjadi pembangun opini di negara mereka sendiri, memajukan ide-ide politik liberal dan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kegiatan IAF ini memperkuat hubungan para politisi, pejabat dari instansi pemerintah, perwakilan perusahaan dan organisasi swadaya masyarakat serta mendorong pertukaran pengalaman dan pengetahuan untuk berkontribusi menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Karena hal tersebut, Theodor Heuss Academy menjadi pusat pelatihan politik dan berfungsi sebagai tempat untuk pertukaran ide antara para pemikir dan praktisi dari Jerman dan seluruh dunia. Terlepas dari program seminar yang formal, IAF juga menawarkan banyak kesempatan untuk membangun jaringan dan kontak pribadi antar peserta. Kini IAF telah berkembang menjadi sumber  gagasan-gagasan liberal serta dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Friedrich Naumann Foundation.

Tema lokakarya secara spesifik pada kali ini adalah “Wadah Politik untuk Mempromosikan Ekonomi Pasar dan Kewirausahaan”, lokakarya ini diadakan selama 12 hari dimulai dengan gambaran kritik umum atas permasalahan pasar dan kewirausahaan yang dihadapi negara-negara serta pembahasan pasar bebas dan konsep kebebasan ekonomi untuk mencapai kesejahteraan. Lokakarya ini selanjutnya diikuti oleh penggambaran secara sistematis tentang bagaimana liberal melihat pasar, fitur mereka (termasuk jalan mereka berurusan dengan kelangkaan, konsep "spontan order" dan "profit motive" sebagai kekuatan pendorong). Lokakarya ini juga membahas secara komprehensif mengenai alasan-alasan mengapa orang harus mencoba untuk membuka pasar, yang dasarnya alasannya adalah pasar memfasilitasi kompetisi yang dapat menjadi insentif orang-orang untuk berinovasi menjawab kebutuhan manusia, selanjutnya lokakarya ini mendiskusikan permasalahan apakah pasar bekerja dengan baik dan lebih baik daripada alternatif pasar? Para peserta sepakat bahwa di dunia ini pasar merupakan mekanisme terbaik dalam mencapai kesejahteraan dibandingkan dengan mekanisme lainnya, apabila kita melihat data empiris serta penelitian Para Pakar, maka dapat disimpulkan bahwa negara yang memiliki keterbukaan yang lebih tinggi terhadap pasar akan lebih sejahtera dibandingkan dengan negara yang cenderung menutup pasar. Diskusi berlanjut pada permasalahan regulasi pasar yang menghambat pengusaha untuk secara optimal mengembangkan bisnisnya, Para Peserta bersepakat bahwa pasar memang harus terbuka, yang implikasinya adalah harus dilakukannya deregulasi terhadap pasar, karena jika Pengusaha semakin mudah mengakses pasar, maka kesempatan untuk berkembang untuk mencapai kesejahteraan akan semakin besar pula, namun perlu diingat kebebasan pasar dengan regulasi yang minim, haruslah menaati koridor-koridor Rule of Law.

Sebelum bagian akhir acara, IAF menyediakan field-trip untuk mempelajari permasalahan keterbukaan pasar dan kewirausahaan di lapangan, dalam hal ini studi kasusnya adalah Kota Hamburg, dimana Kota Hamburg kini berkembang menjadi Kota yang maju karena keterbukaannya terhadap perdagangan internasional dan penerapan regulasi dari Pemerintah Jerman yang cenderung memberi insentif Pengusaha-Pengusaha untuk mengembangkan bisnisnya, namun memang tiada gading yang tak retak, Hamburg secara khusus dan Jerman secara umumnya sedang menghadapi permasalahan rendahnya minat Pemuda untuk melakukan kegiatan kewirausahaan, hal ini tentu sedang diatasi dengan perancangan kurikulum pendidikan kewirausahaan oleh Pemerintah Jerman. Hal yang tidak kalah menarik dibahas di dalam lokakarya ini adalah permasalahan sociopreneurship, dimana peserta diberikan kesempatan untuk belajar secara langsung di lab sociopreneurship di Hamburg, hal tersebut merupakan pengalaman yang berharga bagi penulis, karena penulis memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap pemberdayaan kaum yang termarjinalkan.

Political Avenues in Promoting Market and Entrepreneurship, IAF Seminar, Pasar Bebas, Kewirausahaan,
© FNF Indonesia

Melalui pendekatan kewirausahaan dan pasar bebas, kaum yang termarjinalkan tersebut akan memiliki kesempatan yang setara dan wadah untuk mengembangkan dirinya demi tercapainya kesejahteraan kaum yang termarjinalkan tersebut, pembahasan yang     menarik adalah pemberdayaan masyarakat adat di Panama untuk melakukan bisnis dan pelestarian pohon-pohon yang tidak hanya menyejahterakan masyarakat tersebut namun juga melestarikan lingkungan dan mencegah pemanasan global, selain itu studi kasus tentang pemberdayaan perempuan yang termarjinalkan di India juga sangat menarik, dimana pembelajaran kewirausahaan dan penyediaan ekosistem bisnis yang tidak rumit dapat menyejahterakan perempuan-perempuan di India yang secara sistematis dimarjinalkan oleh budaya patriarki. Sebagai kesimpulan, pasar bebas bukanlah hanya arena pertarungan keserakahan individu-individu yang memiliki ego dan ambisi tertentu saja, namun merupakan sarana untuk mencapai kesejahteraan yang hakiki, sehingga ide serta pemikiran pasar bebas tidak hanya harus dipromosikan agar masyarakat dapat memahaminya, namun juga harus diterapkan agar nilai-nilai idiil tersebut bukan hanya menjadi norma acuan, namun menjadi nilai-nilai yang hidup di masyarakat dan memiliki kebermanfaatan yang luas.

 

*Artikel ini adalah tulisan dari delegasi IAF asal Indonesia, Yuri Pratama, yang bekerja sebagai National Coordinator of TELAPAK, sebuah NGO dan think tank untuk inisiatif bisnis berkelanjutan bebasis komunitas.