DE

Kebebasan Ekonomi
Bangkitnya Negara-Negara Berkembang: Menjaga Eksistensi Indonesia

Diskusi Publik, Universitas Padjajaran, 6 April 2017
Peserta Diskusi
Peserta Diskusi © FNF Indonesia

Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian dunia memang memperlihatkan fenomena kebangkitan negara-negara berkembang. Munculnya beberapa akronim negara-negara berkembang sebagai pusat pergerakan kapital dunia menarik untuk dicermati. Perekonomian dunia tidak hanya didominasi oleh negara-negara maju saja. Kekuatan ekonomi baru yang berlokasi di Amerika Latin, Afrika, dan juga Asia tentu saja tidak dapat dipandang sebelah mata. Untuk membahas fenomena ini, Friedrich Naumann Foundation (FNF) bersama dengan Freedom Institute, suarakebebasan.org dan Students For Liberty Indonesia mengadakan Diskusi Publik “Indonesia dan Kebangkitan Negara-Negara Berkembang” pada 6 April 2017 lalu di kampus Universitas Padjajaran Jatinangor.

Diskusi publik ini juga merupakan bedah buku “Bangkitnya Negara-Negara Berkembang: Tantangan dan Perspektif Liberal” yang telah diterbitkan oleh FNF Indonesia pada Oktober 2016 lalu. Diskusi ini menghadirkan dua pembicara, yaitu Rofi Uddarojat dan suarakebebasan.org dan Carolina Paskarina yang adalah Dosen Ilmu Politik Universitas Padjajaran.

Sebagai pembicara pertama, Rofi membuka diskusi dengan review singkat mengenai buku Hidalgo. Menurut Hidalgo, pertumbuhan ekonomi di berbagai kawasan dipicu oleh munculnya satu sebab yang sama, yaitu kebijakan liberalisasi. Namun, di sisi lain, sejumlah negara justru terjebak di dalam middle income trap sehingga banyak reformasi ekonomi yang stagnan karena telah merasa nyaman dengan hasil sementara. Oleh karena itu, Hidalgo menyarankan agar liberalisasi harus diteruskan untuk mengatasi pelambatan ekonomi dunia.

Presentasi Rofi Uddarojat
Presentasi Rofi Uddarojat © FNF Indonesia

Terkait Indonesia, periode Demokrasi Terpimpin menjadi contoh periode sistem ekonomi terpusat pada negara. Dalam periode tersebut, Gross Domestic Products (GDP) Indonesia hanya tumbuh hingga 2 persen per tahun. Di sisi lain, harga-harga kebutuhan pokok naik hingga 600 persen per tahunnya. Jika dihitung dengan kisaran harga saat ini, maka semisal harga beras sekarang adalah Rp. 10.000/kg, maka harga beras tahun depan akan mencapai Rp. 60.000/kg.

Namun, apakah liberalisasi berarti menihilkan peran negara? Menurut Carolina Paskarina, kebijakan deregulasi maupun dibirokratisasi sebagai bagian dari kebijakan liberalisasi tentu masih membutuhkan peran negara sebagai regulator. Menyoal kebangkitan negara-negara berkembang, Carolina memaknai fenomena ini sebagai konsekuensi dari pilihan politik, dan tidak hanya berasal dari keberhasilan teknokratisme. Dalam konteks konstelasi global, kebangkitan ekonomi negara-negara berkembang turut mengubah konstelasi ekonomi global dan juga penyeimbang dominasi “Barat”.

Presentasi Carolina Paskarina
Presentasi Carolina Paskarina © FNF Indonesia
Sesi Tanya Jawab
Sesi Tanya Jawab © FNF Indonesia

Dalam kaitannya dengan Indonesia, sejumlah lembaga maupun media bisnis acapkali menempatkan Indonesia sebagai negara dengan potensi ekonomi besar di masa depan. Namun, hal ini tentunya tidak boleh membuat pemerintah, masyarakat dan sektor swasta terlena. Pertumbuhan ekonomi Indonesia harus tetap dijaga dengan kebijakan yang sesuai agar tidak terjebak ke dalam middle income trap dan eksistensi Indonesia sebagai negara yang berpotensi dalam perekonomian global dapat semakin ditunjukkan.