DE

Perubahan Iklim
Belajar Berdiplomasi melalui Simulasi Sidang UN Habitat III

Solusi untuk Kota dan Perubahan Iklim
FNF MUN Simulation I, UN Habitat Simulation, My CIty My Future
© FNF Indonesia

Untuk menyebarluaskan semangat UN Urban Agenda dan mengenalkan United Nations Human Settlement Programme (UN Habitat) kepada anak-anak muda, Friedrich Naumann Foundation (FNF) bersama Freedom Institute dan Climate Institute mengadakan UN Haibitat Simulation dari tanggal 11-13 April 2017 di Hotel Santika Premiere Bintaro, peserta yang menghadiri acara ini  adalah sebanyak 27 peserta dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik, mereka di seleksi melalui seleksi curriculum vitae dan interview pada bulan maret dari 314 pendaftar.

FNF MUN Simulation I, UN Habitat Simulation, My CIty My Future
© FNF Indonesia

Model United Nations, juga dikenal sebagai Model UN atau MUN, adalah simulasi pendidikan dan / atau persaingan akademik di mana siswa dapat belajar tentang diplomasi, negosiasi, hubungan internasional. UN Habitat adalah Badan PBB untuk Pemukiman Manusia dan Pembangunan perkotaan yang Berkelanjutan. Didirikan pada tahun 1978 sebagai hasil dari Konferensi PBB pertama tentang Pemukiman Manusia dan Pembangunan Kota yang Berkelanjutan (Habitat I) yang diselenggarakan di Vancouver, Kanada pada tahun 1976. UN-Habitat mempertahankan kantor pusatnya di Kantor PBB di Nairobi, Kenya. Hal ini diamanatkan oleh Majelis Umum PBB untuk mempromosikan kota-kota yang berkelanjutan dengan tujuan menyediakan tempat tinggal yang memadai untuk masyarakat secara sosial dan lingkungan. 

UN Habitat adalah anggota dari United Nations Development Group. Mandat UN-Habitat berasal dari Habitat Agenda, diadopsi oleh Konferensi PBB tentang Pemukiman Manusia (Habitat II) di Istanbul, Turki, pada tahun 1996. Tujuan yang sama dari Habitat Agenda adalah yaitu tempat tinggal yang memadai untuk semua dan pengembangan berkelanjutan pemukiman manusia di dunia urbanisasi. Pada 21 Oktober 2016, negara-negara anggota mengadopsi, agenda non-mengikat global untuk membuat kota yang aman, berkelanjutan dan tangguh, pada penutupan Konferensi PBB tentang Perumahan dan Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan (Habitat III). 

Konferensi yang diselenggarakan di Quito, Ekuador, 17-20 Oktober 2016, memiliki jumlah pemilih terbesar dari setiap peristiwa dalam sejarah PBB, menurut UN-Habitat. dunia telah berubah dari memiliki populasi terutama pedesaan untuk memiliki lebih dari setengah penduduk dunia tinggal di kota. Program Pembangunan PBB (UNDP) memperkirakan bahwa, pada tahun 2030, 60% dari populasi dunia akan penduduk kota.

Peserta dalam konferensi Model United Nations, yang dikenal sebagai delegasi, ditempatkan dalam komite dan negara-negara ditugaskan, atau kadang-kadang organisasi lain atau tokoh politik, di mana mereka mewakili anggota-anggota tubuh itu. Mereka disajikan dengan tugas, bersama dengan topik atau topik yang komite mereka akan bahas. Delegasi melakukan penelitian sebelum konferensi dan merumuskan posisi yang mereka kemudian akan berdebat dengan sesama delegasi mereka di sesi dan tetap mempertahankan posisi sebenarnya dari negara yang mereka wakili.

Simulasi ini terbagi atas 5 sesi, pada sesi pertama masing-masing peserta menyampaikan posisi mereka terhadap Question a Resolution Must Answer (QARMA), yaitu revisi terhadap UN Urban Agenda dan Quito Implementation Plan dan yang kedua adalah bagaimana mereka dapat memastikan penerapan mekanisme tersebut oleh negara-negara aktif di UN Habitat, sesi selanjutnya dilanjutkan dengan perdebatan dan negosiasi atas perbedaan jawaban mereka terhadap QARMA, negara-negara telah terbagi atas 2 blok dan masing-masing blok telah memiliki working paper dan draft resolutionnya tersendiri, setelah diskusi dan negosiasi yang panjang, dikarenakan tidak terpenuhinya quorum, maka tidak ada draft resolution yang berhasil disahkan.

Simulasi juga memberikan penghargaan kepada para peserta terbaik yang melakukan negosiasi dan diskusi, pemenang awards tersebut adalah Wyncent Halim yang mewakili  People’s Republic of China dari Universitas Gadjah Mada, Thomas Noto Suenoto mewakili Republic of Indonesia dari Universitas Bina Nusantara dan Alex Melnik yang mewakili Federal Republic of Germany dari University of Southern California, panitia juga memberikan award terhadap Best Position Paper yang diberikan kepada Rahadian Muslim dari Intititut Teknologi Bandung.