DE

Internal Workshop
Melepaskan Kreativitas: Berselam Inspirasi di Bangkok

Nurul (mengenakan kerudung) di antara 10 staf berbakat dari 6 negara di FNF Asia Tenggara dan Selatan—momen berharga penuh inspirasi dan kolaborasi.

Nurul (penulis artikel ini; mengenakan kerudung) di antara 10 staf berbakat dari 6 negara di FNF Asia Tenggara dan Selatan—momen berharga penuh inspirasi dan kolaborasi.

Di tengah semaraknya kota Bangkok, saya berkesempatan menghadiri sebuah lokakarya penulisan yang menyalakan kembali semangat diri dalam menulis. Sebagai seorang Technical Officer di Yayasan Friedrich Naumann (FNF) Jakarta, hari-hari saya sering diisi dengan menyusun notulensi rapat, menangani surat-surat yang akan dikirim ke lembaga pemerintahan hingga menyiapkan berbagai dokumen resmi. Namun, lokakarya ini menjadi penyegaran yang sangat berbeda dari rutinitas dan memberikan dorongan kreativitas serta inspirasi.

Hari ke-1 – Selasa, 23 Juli 2024: Kedatangan dan Makan Malam Sambutan

Kami – para peserta yang berasal dari Indonesia, Filipina, Taiwan, dan Korea Selatan – tiba di Bangkok untuk kemudian check-in di hotel yang telah dipersiapkan. Hari itu dikhususkan untuk beristirahat dan berkenalan dengan peserta lainnya saat agenda makan malam bersama di sebuah restoran yang tidak jauh dari tempat kami menginap.

Hari ke-2 – Rabu, 24 Juli 2024: Pembukaan

Lokakarya penulisan resmi dimulai dengan total 11 peserta—7 orang dari kantor regional dan 4 orang dari luar Bangkok—pada pukul 9 pagi waktu setempat. Para peserta rata-rata baru bergabung dengan Yayasan Friedrich Naumann (FNF) kurang dari setahun. Thekla Ebbert menyambut kami dengan ulasan visi dan misi beserta beberapa struktur keanggotaan atau organigram dari FNF. Setelah itu, sesi pagi dilanjutkan dengan aktivitas "Speed Dating". Di sesi ini, para peserta  mendapat kesempatan untuk saling mengenal secara “instan” dikarenakan hanya diberi waktu 5 menit untuk berdialog mengenai apa saja. Saat alarm berbunyi, itu pertanda waktu 5 menit telah habis dan kami dipersilakan untuk bertukar tempat sesuai kursi yang telah diatur oleh Sky, selaku Communications Officer tingkat regional. Begitu terus hingga semua peserta sudah saling berbicara tanpa ada yang terlewat.

Definisi Berita adalah Beragam, Tergantung Subjek Penerimanya

Sinfah Tunsarawuth sebagai fasilitator kami, akhirnya membuka sesi mengenai pentingnya mengikuti perkembangan berita dan bagaimana berita dikonsumsi oleh masyarakat saat ini. Sebagai informasi, Sinfah adalah seorang pria paruh baya yang memiliki perusahaan multimedia dengan pengalaman puluhan tahun di industri jurnalisme. Selama di sana, kami menambahkan kata “Khun” pada Sinfah yang dalam Bahasa Thailand setara dengan sapaan "Bapak/Ibu" di Indonesia.

Di dalam lokakarya atau workshop tersebut, saya satu-satunya peserta yang masih mengandalkan koran sebagai sumber informasi, dan hal tersebut cukup mengejutkan bagi Sinfah. Beliau sendiri meskipun berlangganan surat kabar, namun secara digital atau hanya melalui dunia maya. Beruntung di FNF Jakarta, saya dan staf yang lain secara rutin menerima dua koran setiap harinya—satu dalam Bahasa Indonesia dan satu lagi dalam Bahasa Inggris. Sinfah juga menekankan bahwa kebebasan pers merupakan indikator penting dari lingkungan sosial karena pada hakikatnya, berita itu sendiri menjadi “Watchdog” atau pengawas bagi kehidupan bermasyarakat. Kami pun diberi kesempatan untuk mengekspresikan opini politik di tengah dunia yang semakin terpolarisasi dan individualistis, terutama berbagai macam polemik yang sedang terjadi di negara asal masing-masing. Sehingga di sini dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi berita sesungguhnya menjadi subjektif karena kerelevansian dari tiap penerima yang berbeda.

Sinfah Tunsarawuth (dalam setelan jas) memandu jalannya lokakarya penulisan

Sinfah Tunsarawuth (dalam setelan jas) memandu jalannya lokakarya penulisan

Tanpa terasa hari sudah menunjukan pukul 5 sore waktu setempat dan saat itu pula lokakarya penulisan hari pertama ditutup. Saya dan para peserta lain akhirnya dapat mengunjungi Kantor Regional FNF yang terletak hanya 10 menit berjalan kaki dari ruang konferensi. Kunjungan ini sangat berkesan, dengan semua staf yang ramah memberikan tur inspiratif tentang ruang kerja mereka yang dinamis. Hal ini menjadi sorotan bagi saya yang sebelumnya telah menerima penjelasan mengenai visi dan misi dari FNF.

Hari ke-3 – Kamis, 25 Juli 2024: Mendalami Liberalisme dan Latihan Menulis

Hari berikutnya, kami memulai lokakarya penulisan dengan aktivitas yang dipandu oleh Felix Jantz—Regional Program Manager untuk Asia Tenggara dan Timur. Dalam sesi ini, kami diajak untuk mengeksplorasi konsep liberalisme dan merenungkan perspektif diri masing-masing. Sesi ini sangat menarik bagi saya karena kami diminta untuk secara harfiah "memilih di mana kami berdiri," sesuai dengan tema yang telah dijadwalkan, yaitu "Liberalism: Where do you 'stand'." Kami berpartisipasi dalam kegiatan interaktif di depan layar lebar, di mana kami harus menjawab berbagai pertanyaan, seperti: “Apakah agama dan hukum negara sebaiknya dipisahkan?” atau “Apakah negara harus mengatur urusan pribadi hingga ke ranah yang sangat personal?” dan semacamnya. Pertanyaan-pertanyaan ini mendorong kami untuk berpikir lebih kritis dan mempertimbangkan posisi kami terhadap isu-isu penting terkait liberalisme.

Hari ke-4 – Jumat, 26 Juli 2024: Kepulangan

Akhirnya lokakarya yang dijadwalkan selama dua hari selesai dan berjalan dengan lancar. Saya dan peserta lain untungnya telah membentuk relasi yang hangat meskipun dalam tempo waktu yang singkat. Sebelum berpisah, para peserta saling bertukar akun media sosial dan berjanji akan terus menjaga komunikasi. Meninggalkan Bangkok, kami membawa keterampilan baru, pengetahuan segar, dan jaringan berharga untuk peluang di masa mendatang.

Close menu