DE

Pemberdayaan
Memberdayakan Petani Melalui Badan Usaha Milik Petani (BUMP)

Salah satu fasilitator LeGePe, Daniel, tengah memberikan pemaparan kepada para peserta kegiatan.

Salah satu fasilitator LeGePe, Daniel, tengah memberikan pemaparan kepada para peserta kegiatan.

© FNF Indonesia

FNF Indonesia dan Lembaga Gerak Pemberdayaan (LeGePe) menyelenggarakan pelatihan dua hari tentang pemberdayaan petani pada 4-5 Juli 2024, di Hotel Mexolie Kebumen, Jawa Tengah. Acara ini dihadiri oleh 45 petani dari Purworejo dan berfokus pada pelatihan dan diskusi untuk meningkatkan praktik pertanian dan kesejahteraan petani melalui Badan Usaha Milik Petani (BUMP).

Warsito Ellwein menekankan pentingnya petani bekerja secara berkelompok. Dengan berkelompok, petani dapat lebih mudah menyelesaikan permasalahan mereka secara bersama-sama. Selain itu, memahami politik dan strategi dalam mengurai masalah juga sangat penting. Dengan pendekatan ini, berbagai persoalan bisa diselesaikan dengan lebih efektif dan efisien. Ellwein menekankan bahwa kehadiran BUMP bisa menstabilkan pendapatan dengan mendorong petani beralih dari kepemilikan individu ke kepemilikan kelompok. Namun begitu, dibutuhkan upaya yang solid dari para petani untuk mengerakkan BUMP, sehingga tujuan petani untuk menjadi petani yang sejahtera dapat tercapai.

“Petani bukanlah entitas yang bisa dianggap remeh”, ungkap Warsito. Petani memiliki peran yang sangat penting dalam menyuplai kebutuhan pokok masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, langkah-langkah untuk bekerja bersama guna memperkuat posisi petani di masyarakat harus terus diupayakan.

Menurut Warsito, salah satu tantangan utama adalah regenerasi. Saat ini, anak muda jarang sekali yang tertarik untuk menjadi petani, seringkali karena merasa gengsi. Oleh karena itu, regenerasi petani harus diupayakan dengan serius. Program-program yang melatih peserta untuk terbiasa dalam proses perencanaan dan pentingnya berembuk bersama harus terus diasah agar petani mampu bekerja dengan cara yang lebih terorganisir dan kolaboratif.

Proses regenerasi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara yang variatif di daerah masing-masing. Berpolitik bukan hanya dalam konteks pemilu, tapi juga bagaimana menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat. Bertemu, berdiskusi, dan berembuk untuk menyelesaikan masalah adalah bentuk proses berpolitik yang harus terus didorong.

Salah satu peserta petani tengah memegang mic dan menyampaikan pendapatnya.

Salah satu peserta petani yang menghadiri kegiatan.

© FNF Indonesia

Peserta juga harus membuka diri bahwa jika ada teman yang memiliki potensi bagus, mereka juga harus didukung. Kolaborasi dan dukungan antar petani dapat memperkuat posisi mereka dalam masyarakat dan membantu mewujudkan tujuan bersama dalam bidang pertanian.

Ida Budhiati menekankan pentingnya penyelarasan antara tujuan individu dan organisasi dalam sistem politik Indonesia. Ia menyoroti perlunya partisipasi demokratis untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil benar-benar menguntungkan warga. Akuntabilitas publik dan saluran hukum yang efektif menjadi kunci dalam menjaga keadilan dalam pemerintahan. Menurut Ida, dengan adanya mekanisme akuntabilitas yang transparan, masyarakat dapat lebih yakin bahwa keputusan politik dan kebijakan publik mencerminkan kepentingan umum dan tidak hanya kepentingan segelintir pihak.

Di sisi lain, Arie Sulistyani mengarahkan perhatian pada pemberdayaan petani melalui layanan penyuluhan pertanian yang berfokus pada pendekatan dari bawah ke atas. Arie menyoroti peran penting dari sekolah lapangan dan kelompok petani sebagai agen perubahan yang mampu memodernisasi praktik pertanian dan berfungsi sebagai unit kolaboratif. Sekolah lapangan dan kelompok petani tidak hanya berperan sebagai kelas pembelajaran tetapi juga sebagai unit produksi dan platform kerja sama. Melalui pendekatan ini, petani dapat belajar dan berkolaborasi untuk meningkatkan produktivitas serta kualitas hasil pertanian mereka.

Beberapa peserta kegiatan tampak tenggelam dalam diskusi dengan satu sama lain. Mereka duduk di sebuah meja bundar. Sebuah papan berisikan poin-poin materi kegiatan berdiri di depan meja mereka.

Beberapa peserta kegiatan tampak tenggelam dalam diskusi yang interaktif.

© FNF Indonesia

Kedua perspektif ini, meskipun berada di ranah yang berbeda, menunjukkan betapa pentingnya partisipasi aktif dan kolaborasi dalam mewujudkan keadilan dan pemberdayaan. Dalam konteks politik, partisipasi demokratis dan akuntabilitas publik memastikan kebijakan yang adil dan menguntungkan masyarakat. Sementara itu, dalam konteks pertanian, pendekatan pemberdayaan melalui layanan penyuluhan dan kolaborasi antar petani mendorong kemajuan dan keberhasilan sektor pertanian. Kedua aspek ini saling melengkapi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berdaya.

Pelatihan ini ditutup dengan ajakan kuat untuk kolaborasi antara semua pemangku kepentingan demi mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang guna meningkatkan kesejahteraan petani. Kegiatan ini berhasil menyediakan platform yang memungkinkan petani untuk terlibat dalam diskusi produktif, mempelajari strategi berharga, dan bekerja bersama untuk memperbaiki posisi serta kesejahteraan mereka.

Editor: Dhea Ramadhani (Program Assistant & Communications Officer FNF)