DE

Perubahan Iklim
Mempromosikan Budaya Berjalan Kaki di Jakarta pada Era Post-Millennial

Seminar Pedestrian and the Post-Millennial Era, Universitas BINUS | 25 September 2017
Seminar on Pedestrian and the Post-Millennial Era, Binus University, 25/09/2017

Ibu Riri Asnita dari Dinas Bina Marga memberikan penjelasan mengenai Penataan Trotoar di Jakarta

©

Di Jakarta budaya berjalan kaki nampaknya masih belum mendapatkan tempat yang strategis di dalam kehidupan sehari-hari, baik di kelompok usia muda atau tua. Ada banyak alasan yang dikemukan terkait keengganan dan kesulitan pembentukan budaya jalan kaki di Jakarta, hal yang paling banyak disebutkan adalah terkait kenyamanan trotoar dan iklim Indonesia yang tidak mendukung. Seminar yang diadakan FNF Indonesia di Kampus Anggrek Universitas BINUS pada Senin, 25 September 2017 tidak hanya bertujuan untuk menginformasikan perkembangan revitalisasi trotoar di Jakarta dan pembangunan kota yang mempertimbangkan orientasi transit mobilitas, namun juga sebagai upaya mendorong terciptanya budaya berjalan kaki di generasi muda dengan menggunakan media digital.

Sebanyak 112 peserta dari Universitas BINUS menghadiri Seminar Pedestrian and the Post-Millennial Era yang diselenggarakan di Lantai 8 Exhibition Hall Kampus Anggrek, Universitas Binus. Untuk memberikan pembahasan yang lebih menyeluruh, seminar dilangsungkan dalam dua sesi, sesi pertama membahas bidang teknis dan sesi kedua membahas budaya berjalan kaki dengan manusia sebagai fokus diskusinya.

Seminar on Pedestrian and the Post-Millennial Era, Binus University, 25/09/2017

Dari Kiri-Kanan (Udayalaksmanakartiyasa, Riri Asnita, Willy Winarko, dan Aldo Kaligis)

Seminar dibuka dengan perkenalan singkat para pemateri sesi pertama oleh moderator, Aldo Kaligis. Riri Asnita sebagai Kepala Seksi Perencanaan Prasarana Jalan dan Utilitas Dinas Bina Marga DKI Jakarta memaparkan mengenai rencana dan laporan kerja penataan trotoar di Jakarta. Dalam presentasinya, Riri Asnita menjabarkan secara rinci mengenai regulasi penataan trotoar, pelanggaran yang ditemukan, dan langkah-langkah yang sudah dilambil Dinas Bina Marga dalam merealisasikan complete road di Jakarta. Transport Associate dari ITDP Indonesia, Udaya Laksmana Kartiyasa Halim, memberikan penjelasan mengenai berjalan kaki yang ditetapkan sebagai salah satu prinsip penting yang tercantum dalam Delapan Prinsip Transit Oriented Development. Udaya juga memberikan contoh nyata mengenai pentingnya konektivitas dalam pembangunan infrastruktur di Jakarta; disebutkan hal ini akan meningkatkan efektivitas mobilisasi dan mendukung suksesnya penggunaan proyek-proyek transportasi seperti BRT, MRT dan LRT di Jakarta. Willy Winarko, Community Manager dari Qlue Indonesia, memberikan paparan mengenai peran Qlue sebagai data analytic laporan-laporan dari kampanye #PedestrianFirst yang telah berlangsung sejak awal Agustus 2017. Willy memberikan gambaran mengenai kenaikan jumlah laporan di Qlue dan implikasinya terhadap keterlibatan aktif pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan yang dilaporkan.

Seminar on Pedestrian and the Post-Millennial Era, Binus University, 25/09/2017

Dari Kiri-Kanan (Zohra Ahmadi, Murni A. Ridha, Farid Mardhiyanto, dan Aldo Kaligis)

Pada sesi berikutnya, pembahasan diarahkan ke konteks pedestrian atau pejalan kakinya. Sebagai salah satu penggiat budaya berjalan kaki di Jakarta, Farid Mardhiyanto  dan Komunitas Jakarta Good Guide, telah berhasil memperkenalkan berbagai lokasi menarik yang dapat dikunjungi dengan berjalan kaki di Jakarta. Terhitung sejak Januari hingga Agustus 2017 terdapat trend positif dengan kenaikan jumlah partisipan Jakarta Walking Tour dan hal ini merupakan bukti potensi tingginya minat berjalan kaki di Jakarta. Disebutkan pula adanya media sosial nyatanya sangat berperan dalam menggalang peserta Generasi Z di walking tour ini. Murni A. Ridha, VP Content iWasHere, memberikan gambaran akan koneksi sosial dan cerita-cerita menarik dari beragam manusia dan profesi yang hanya mungkin didapatkan dari berjalan kaki di Jakarta. Melalui presentasi beberapa akun Instagram yang menangkat tema berjalan kaki sebagai keunikan, Murni mengajak peserta seminar untuk dapat menggunakan media sosialnya sebagai kanal untuk bercerita akan penemuan kisah unik berjalan kaki dan mempromosikan budaya berjalan kaki di Jakarta. Pemateri terakhir adalah Zohra Ahmadi dari Sandya Institute. Berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, Zohra memberikan pandangan yang unik akan keberlangsungan jalan kaki di Jakarta, bahwa kondisi iklim di Jakarta sesungguhnya bukanlah penghalang pedestrian untuk berjalan kaki. Ia menyakini ada banyak benefit dari berjalan kaki, salah satunya adalah membangun interaksi sosial yang lebih luas dengan orang-orang yang ditemui saat berjalan kaki.

Sebagai penutup sesi, seluruh pemateri mengajak peserta untuk berwisata ke beragam lokasi di Jakarta dengan berjalan kaki dan transportasi publik.