DE

Perubahan Iklim
Mengkomunikasikan & Membangun Kesadaran Isu Lingkungan melalui Vlog di Kota Solo

Workshop Climate Vlogger III Solo, Hotel Ramada, 25-27 Januari 2019
Climate Vlogger III 2019, Solo
Peserta Climate Vlogger III 2019, di Hotel Ramada Solo © FNF Indonesia, Climate Institute

Di era digital ini, tren konsumsi media memperlihatkan pergeseran ke media audio visual, lebih khususnya pada video yang menyajikan informasi secara cepat, singkat, dan menyenangkan. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan IDN Times, Indonesia Millennial Report 2019, diketahui pola perilaku, sikap, dan minta millennial Indonesia dalam hal konsumsi internet dan kebiasaan online. Dipaparkan, televisi dan media digital dinilai paling efektif dalam menjangkau kalangan millennial. Berangkat dari hal ini, pengemasan isu-isu penting dalam bentuk audio visual yang dapat diakses menggunakan internet menjadi cara strategis untuk meningkatkan perhatian dan keterlibatan millennial, serta kelompok umur lainnya.

We already have many kind of vloggers, now we need vloggers with real values.

Pascal Meliala
Pascal Meliala

Pada lokakarya Climate Vlogger III yang bertempat di Solo, Pascal Meliala, Director dari rumah produksi XD Entertainment, yang berperan sebagai narasumber selama pelatihan mengatakan,“Membuat video dengan teknik baik, bisa dipelajari dengan sangat mudah dengan bantuan internet, tetapi menjadi video maker yang memiliki nilai-nilai yang baik buat orang banyak, butuh integritas tinggi dan empati pada keadaan sekitar yang mana tidak bisa hanya di pelajari dari internet.” Dengan pengalaman asistensi selama tiga hari pelatihan, Pascal berkomentar lebih lanjut, “Saya melihat orang-orang yang tidak hanya berintegritas tetapi juga mau belajar dan memulai untuk membuat video yang lebih baik agar dapet menyebarkan nilai-nilai yang baik ke masyarakat luas saat acara Climate Vlogger III!”

Dalam sesi yang berbeda, Paulista Bunga Surjadi, Communication Specialist dari Kota Kita – sebuah Yayasan yang berfokus pada perencanaan kota dan partisipasi masyarakat di Solo, menyebut pentingnya rasa “kewargaan” dalam menangani isu-isu perkotaan, mulai dari urbanisasi hingga dampak perubahan iklim yang mungkin terjadi. Kewargaan adalah salah satu prinsip kerja Kota Kita. Dikatakannya, “Kewargaan adalah menyangkut bagaimana kita menalar diri – mengenai relasi kita, dengan ruang hidup dimana kita berada. Sebagai warga kota, setiap individu mempunyai hak dan tanggung jawab terhadap kotanya.” Salah satu meode inovatif dalam memahami permasalahan kota adalah analisa nilai kearifan lokal bersama penduduk sekitar. Dari aktivitas Kota Kita, terlihat bahwa participatory design dengan warga sangatlah penting untuk mengidentifikasi kebutuhan dengan realita di lapangan, menghilangkan relasi kuasa antara pemerintah dan warga, sehingga kolaborasi berbasis fakta dan data dapat tercipta.

Adhitya Lanae Presentation during Social Media Activism Session
Adhitya Lanae Presentation during Social Media Activism Session © FNF Indonesia, Climate Institute

Everybody is an Influencer. Paling tidak untuk keluarga atau teman-teman kita. Tinggal bagaimana kita memosisikan diri, apakah mau menyebarkan hal positif atau negatif. Menjadi seorang influencer butuh personality yang kuat dan konsistensi yang tinggi. 

Adhitya Lanae
Adhitya Lanae, Founder Climate Institute

Pembahasan video dan media sosial tentu tidak akan lepas dan jauh dari sosok influencer. Influencer atau selebritas media sosial adalah sosok penting yang mempengaruhi laju informasi di era digital ini. Sebagai narasumber terkait Social Media Activism, Adhitya Lanae, Pendiri Climate Institute, menekankan pentingnya personal branding dan konsistensi akan karakter dari seorang influencer. Adhitya mengatakan bahwa setiap orang sesungguhnya adalah seorang influencer, setidaknya bagi orang-orang sekitarnya. Terkait masalah lingkungan, konsistensi karakter menjadi teramat penting, dijelaskan lebih jauh, “Karena apa yang kita pakai dan pegerakan yang kita lakukan harus konsisten yaitu pro-lingkungan”. Terkait dengan hal itu, Adhitya menyebutkan lima hal penting yang seharusnya dijunjung tinggi oleh seorang millennial influencer yaitu attitude, creative, innovative, learn dan action. Dengan menjaga kelima hal ini, seorang influencer akan mampu mempertahankan eksistensi dan relevansi dirinya.

 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lokakarya Climate Vlogger yang sudah terlaksana dua kali, di Tangerang dan Yogyakarta, singgah di Kota Solo untuk penyelenggaraan ketiganya. Selama dua hari, 25-27 Januari, sebanyak 21 peserta terseleksi berdasarkan pengumpulan berkas CV dan video. Mengambil topik kota berkelanjutan, peserta diajak untuk menghasilkan karya video blog yang edukatif namun tetap menarik dalam mengkomunikasikan penyebab, dampak, dan solusi atas masalah urbanisasi dan lingkungan.