DE

Demokrasi
Menyemai Toleransi melalui Jurnalisme Damai

Workshop Meliput Isu Keberagaman di Era Digital, Surabaya, 20 - 23 Juli 2017
Kunjungan menemui penghayat Sapta Darma
Kunjungan menemui penghayat Sapta Darma © FNF Indonesia

Sebagai rangkaian lokakarya tahun ini, Friedrich Naumann Foundation (FNF) bersama SEJUK (Serikat Jurnalis untuk Keberagaman) menyelenggarakan Lokakarya “Meliput Isu Keberagaman di Era Digital” di Surabaya pada tanggal 20 – 23 Juli 2017 lalu. Lokakarya yang merupakan program ketiga FNF dan SEJUK tahun ini juga didukung oleh The Asia Foundation dan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Retorika Unair Surabaya serta LPM Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya. Kegiatan ini diikuti oleh 25 peserta yang berasal dari sejumlah universitas, khususnya yang berada di Pulau Jawa.

Diskusi peserta
Diskusi peserta © FNF Indonesia

Selama empat hari, peserta mendapatkan materi yang komprehensif mengenai keberagaman dan bagaimana mewartakannya. Keberagaman dalam hal ini tidak hanya dipandang dalam sudut pandang agama, melainkan juga dalam perspektif lain, termasuk juga kesetaraan jender. Selain itu, peserta juga mendiskusikan konsep Hak Asasi Manusia (HAM) yang menjadi fondasi kebebasan beragama, berkeyakinan dan juga berpendapat dan berserikat. Dari segi teknis, peserta juga memperdalam kemampuan menulis feature dan juga teknik dokumentasi melalui video yang dipandu oleh Engage Media.

Teknik Menulis Feature
Teknik Menulis Feature © FNF Indonesia
Teknik Dokumentasi Video
Teknik Dokumentasi Video © FNF Indonesia

Teori dan teknik akan lebih baik apabila diperdalam melalui pengalaman langsung. Dalam lokakarya kali ini, peserta mengunjungi para penghayat aliran kepercayaan Sapta Darma di Sanggar Candi Busana, Surabaya. Sesuai dengan namanya, kepercayaan yang lahir sejak puluhan tahun yang lalu di Kediri ini memiliki tujuh prinsip utama yang disebut dengan “wewara pitu”. Salah satu prinsipnya bahkan memuat kesetiaan kepada Negara dan Bangsa, kendati aliran kepercayaan ini sebenarnya belum diakui secara resmi oleh pemerintah. Melalui sejumlah topik, seperti administrasi kependudukan, akses kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan eksistensi, para peserta berinteraksi dengan sangat antusias dengan para penghayat Sapta Darma. Beberapa tekanan yang dihadapi, khususnya dalam institusi pendidikan, pun tidak mengurangi kepercayaan dan eksistensi penghayat aliran yang telah ada di 17 provinsi di Indonesia dan 5 negara ini.

"Di manapun dan kepada siapapun, warga Sapta Darma harus menyinari layaknya Matahari"
"Di manapun dan kepada siapapun, warga Sapta Darma harus menyinari layaknya Matahari" © FNF Indonesia
Diskusi dengan salah satu penghayat Sapta Darma
Diskusi dengan salah satu penghayat Sapta Darma © FNF Indonesia

Sebagai produk lokakarya, peserta yang dibagi ke dalam 5 kelompok menghasilkan masing-masing satu tulisan feature dan satu video dengan topik berbeda. Hanya melalui satu malam pengerjaan, peserta telah dapat mempresentasikan hasil karya mereka keesokan harinya. Lokakarya 4 hari ini ditutup dengan diskusi mengenai rencana tindak lanjut peserta setelah mengikuti program. Harapannya adalah setiap peserta mampu meneruskan apa yang telah diperoleh melalui lembaganya masing-masing untuk memperkaya narasi keberagaman yang ada di Indonesia.

*Karya video dan tulisan peserta dapat disimak di website SEJUK: sejuk.org

Seluruh peserta lokakarya
Seluruh peserta lokakarya © FNF Indonesia