DE

Perubahan Iklim
Multi-Manfaat Yang Penting dari Pola Konsumsi Berkelanjutan

Diskusi Publik Pilihan Cerdas; Konsumsi Rendah Karbon di Era Digital, CoHaus Jakarta, 28 Mei 2019
Diskusi Publik Pilihan Cerdas: Konsumsi Rendah Karbon di Era Digital, CoHaus Jakarta, 28 Mei 2019
(Ki-Ka) Moderator Billy Ariez, Narasumber: Putri Potabuga, Edy Fajar, Bukhi Prima, Stasha Luwia © FNF Indonesia, Climate Institute

Akhir Mei lalu, tepatnya Selasa, 28 Mei 2019, FNF Indonesia bersama dengan Climate Institute mengadakan diskusi publik yang membahas mengenai konsumsi barang dan jasa yang berkelanjutan pada generasi milenial. Diskusi publik yang diakhiri dengan acara buka bersama ini, selain dilatarbelakangi dengan momentum puasa dan kaitannya pada peningkatan jumlah sampah makanan, juga didorong oleh lekatnya kebiasaan dan kesadaran pola konsumsi barang dan jasa serta dampaknya pada lingkungan hidup. Pada umumnya, aktivitas konsumsi konvensional tidak banyak mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan yang lestari. Dan pada kenyataannya, sumber daya alam di Bumi terbatas sehingga diperlukan sebuah perubahan pola pikir yang meletakkan keberlanjutan sebagai hal yang non-negotiable.

Terdapat beberapa data penting dalam Panduan Konsumen Cerdas & Bertanggung Jawab yang diterbitkan oleh WWF Indonesia yang harus direspon secara ktitikal oleh generasi muda Indonesia. Tercatat sebanyak 75% sumber daya perikanan di Indonesia berada di ambang batas keberlanjutan akibat praktik penangkapan yang masif dan destruktif untuk memenuhi kebutuhan akan makanan laut, dan hilangnya 1% hutan alam di Sumatra setiap tahunnya akibat pembukaan lahan kayu dan kelapa sawit dalam rangka memenuhi kebutuhan komoditas tisu, kertas, makanan dan pembersih. Terkait dengan pola konsumsi plastik, data dari Lembaga Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia mencatat Indonesia sebagai negara terbesar ke-2 di dunia penyumbang sampah plastik ke lautan. Adapun konsumsi plastik di Indonesia mencapai 17 kilogram per kapita per tahunnya, yang mana mengalami pertumbuhan 6-7 persen setiap tahunnya.

Diskusi Publik Pilihan Cerdas: Konsumsi Rendah Karbon di Era Digital, CoHaus Jakarta, 28 Mei 2019
(Ki-Ka) Moderator Billy Ariez, Narasumber: Putri Potabuga, Edy Fajar, Bukhi Prima, Stasha Luwia © FNF Indonesia, Climate Institute

Peran pemerintah dalam menanggulangi masalah lingkungan dan konsumsi tidak berkelanjutan sesungguhnya telah nampak, terbukti dengan adanya penerapan kebijakan pencantuman label ramah lingkungan yang diharapkan dapat menunjang komitmen pengelolaan lingkungan hidup. Sertifikat terhadap produk yang memenuhi kriteria ramah lingkungan tertuang dalam bentuk ekolabel. Informasi Ekolabel ini digunakan oleh pembeli atau calon pembeli dalam memilih produk yang diinginkan berdasarkan pertimbangan aspek lingkungan dan aspek lainnya.

Tentu pemerintah tidak dapat berkerja  sendiri, ada banyak aktor penting lain seperti pihak bisnis, komunitas dan key opinion leader yang akan sangat penting dalam aksi kolaborasi kelestarian lingkungan.

Diskusi Publik Pilihan Cerdas: Konsumsi Rendah Karbon di Era Digital, CoHaus Jakarta, 28 Mei 2019
Diskusi Publik Pilihan Cerdas: Konsumsi Rendah Karbon di Era Digital, CoHaus Jakarta, 28 Mei 2019 © FNF Indonesia, Climate Institute

Salah satu narasumber, Bukhi Prima dari Project Semesta (https://www.instagram.com/projectsemesta) - sebuah platform berbasis komunitas yang fokus pada keberlanjutan lingkungan, mengatakan bahwa trend konsumsi didukung perkembangan industri dalam negeri, namun saat ini, kesadaran akan ‘batas konsumsi’ oleh konsumen masih cukup rendah. Konsumen seharusnya lebih berfokus pada nilai guna barang sehingga barang industri dapat dipakai secara bijak, lanjut Bukhi. Salah satu tantangan terbesar adalah sampah dan edukasi ramah lingkungan; tentang penerapan pola konsumsi yang lebih berkelanjutan.

Narasumber lainnya, Stasha Luwia dari CoHaus Liviing (https://www.cohaus.co/) – sebuah innovative coliving space di Jakarta,  mengintegrasikan aspek lingkungan ke dalam praktik bisnis perumahan/ penginapan. CoHaus sendiri lahir dari kepedulian Stasha akan urgensi sustainable business dan pengadaan komunitas sadar lingkungan di tengah Jakarta. EcoHaus yang merupakan bagian dari CoHaus hadir sebagai environmental community hub yang ditujukan sebagai ‘rumah’ berkumpulnya social enterprises, individual, komunitas dan gerakan sadar lingkungan. Stasha mengatakan perlunya pemasukan yang berkelanjutan dalam mengelola bisnis sehingga tentu pengedepanan aspek lingkungan dan biaya tambahan di dalamnya akan menjadi tantangan tersendiri, namun diharapkan dengan adanya EcoHaus dan gerakan serupa yang menginformasikan sustainable business, akan terjadi peningkatan kesadaran dan apresiasi terhadap  green business.

Dalam sesi yang sama, Putri Potabuga dari Climate Institute (https://www.instagram.com/climate_institute/) – organisasi pemuda untuk perubahan iklim dan lingkungan, menyampaikan rasa prihatinnya akan perspepsi konsumen yang lebih memilih produk industri tidak ramah lingkungan karena gengsi ekonomi. Pada banyak barang, memang produk lokal masih harus mengejar ketertinggalannya dalam aspek kualitas, namun telah banyak hadir produk lokal yang berkualitas dan ramah lingkungan, sehingga memang konsumen tetap harus pintar dalam mencari, mengedukasi dan memilih pola konsumsi yang fungsional.

Edy Fajar Prasetyo sebagai pelaku bisnis daur ulang sampah Eco Business Indonesia (https://www.instagram.com/ebi_bag) , berpendapat sama mengenai preferensi konsumen Indonesia. Disebutkan gaya hidup conscious consumption akan sangat membantu dalam memilih barang yang dibutuhkan, bukan diinginkan. Penyampaian informasi akan conscious consumption sangatlah penting, diperlukan penyampaian dengan bahasa yang sederhana dan menyentuh kalangan bawah. Selain itu, Edy menyebutkan adanya korelasi harga murah, nilai guna dan pola perilaku konsumtif, dimana pada umumnya konsumen awam akan tergoda pada produk murah meskipun sesungguhnya tidak terlalu Ia gunakan, misalnya pada kasus “buy 1 get 1 free”. Sehingga Edy yakin akan pentingnya pemanfaatan sampah menjadi produk yang bernilai guna, bahwa konversi sampah selain penting dalam mereduksi sampah, namun juga menghasilkan keuntungan ekonomi.

Pada akhirnya, isu lingkungan perlu dilihat lebih seksi dan dibutuhkan peningkatan kesadaran atas relevansi isu pada kehidupan kita sehari-hari. Pendekatan dan komunikasi edukasi lingkungan perlu disesuaikan dengan karakter penerimanya. Selain itu, adanya penghargaan atas aksi pelestarian lingkungan juga dinilai akan sangat efektif dalam menyebarluaskan isu lingkungan dan pola hidup yang lebih berkelanjutan.

Diskusi Publik Pilihan Cerdas: Konsumsi Rendah Karbon di Era Digital, CoHaus Jakarta, 28 Mei 2019
Partisipan bersama dengan Narasumber dan Moderator Diskusi Publik di CoHaus Jakarta, 28 Mei 2019 © FNF Indonesia, Climate Institute