DE

Perubahan Iklim
Park(ing) Day - Jakarta dan Pejalan Kaki

KalaKopi Jakarta | 15 September 2017
Ruas trotoar di Jakarta yang sedang diperbaiki
Ruas trotoar di Jakarta yang sedang diperbaiki © jktgoodguide

“Kamu tahu apa yang paling menyenangkan dari berjalan kaki?” Tanya Em, teman saya. “Kita diajak berinteraksi dengan diri kita sendiri, mengenal rasa lelah dari diri sendiri, lebih banyak waktu memperhatikan detail di sekeliling kita, lalu membiarkan diri beristirahat sejenak sebelum melanjutkan langkah kaki menuju tujuan kita,” ujarnya sore itu sambil menelusuri daerah Sarinah ke salah satu toko kue favorit kami di Cikini.

Memperlambat langkah, mengumpulkan kenangan
Memperlambat langkah, mengumpulkan kenangan ©  Murni/iWasHere Networks

Percakapan itu kembali terulang di benak saya saat ikut berjalan kaki bersama Jakarta Good Guide dan IWasHere Networks dalam salah satu rangkaian acara Parking Day, yang diadakan 15 September 2017 lalu. Menelusuri Jalan KH. Wahid Hasyim hingga Jalan Menteng Raya, sore itu saya membiarkan langkah melambat daripada ritme jalan kaki yang biasanya lalu mengikuti rombongan. Seperti yang disampaikan oleh Windy Ariestanty dari IwasHere Networks sebelum perjalanan dimulai ia memberi pembekalan tentang bagaimana menangkap cerita yang ada di sekitar kita, “Membiarkan langkah melambat, memberi waktu untuk kita memperhatikan hal di sekitar kita,” ujarnya. 

Acara Parking Day yang memanfaatkan lahan parkir KalaKopi
Acara Parking Day yang memanfaatkan lahan parkir KalaKopi. © IwasHere Networks

Bunyi klakson serta hingar bingar mesin kendaraan yang lewat membuat saya mencoba membiarkan indra pendengaran bekerja dua kali lipat mendengarkan Farid Mardhiyanto dari Jakarta Good Guide yang bertutur tentang cerita – cerita di seputar tempat tersebut, salah satunya tentang sejarah nama Gondangdia. “Beberapa orang percaya nama Gondangdia diambil dari nama pohon Gondang—sejenis pohon beringin—yang tumbuh pada tanah basah atau berair, namun ada juga yang bercerita kalau nama daerah ini terinspirasi dari nama seorang kakek yang terpandang,” cerita Farid sambil kemudian melanjutkan perjalanan. Ia pun menuturkan sebelum wilayah Menteng dibangun menjadi kawasan Elite di era Batavia, daerah Gondangdia terlebih dahulu dibangun dan dikembangkan oleh pemerintah Belanda untuk disiapkan menjadi daerah elite. Dengan cara bercerita yang tak hanya informatif tetapi juga menyenangkan, Farid menjadi kawan yang tepat untuk menemani berjalan kaki pada sore yang cukup terik itu. Sambil berjalan kaki saya memperhatikan ruas trotoar yang kami lewati. Ukurannya sebenarnya cukup lebar dan dapat dilalui dua orang yang berpapasan, sayangnya kami sebagai pelajan kaki tak sendiri menempati trotoar sore itu, ada juga kendaraan pribadi yang memarkirkan kendaraannya di ruas trotoar di rute kami.

Ruas trotoar di Jakarta yang sedang diperbaiki
Ruas trotoar di Jakarta yang sedang diperbaiki © jktgoodguide

Saya teringat diskusi pada pagi hari yang sama sebelum kami berjalan kaki. “Dari pelaporan terdapat kenaikan sejumlah 200% pada Bulan Tertib Trotoar dalam kampanye #PedestrianFirst (Agustus – September 2017); 60% keluhan dari warga Jakarta adalah parkir liar yang mengambil ruas pejalan kaki,” ujar Sarah Ramadhania dari Qlue Indonesia. Beberapa tokoh dalam diskusi pagi itu memberi pandangan terkait hal ini, salah satunya Udayalaksamanakartiyasa dari ITDP Indonesia menuturkan, “Siteback Parking, atau parkir yang menggunakan halaman depan sebuah wilayah memberi peluang kepada pengendara untuk memarkirkan kendaraannya di bahu jalan atau trotoar apabila area parkirnya penuh.” Kalau saja pengguna kendaraan pribadi dapat beralih menggunakan transportasi umum, hal ini bisa diminimalisir. Namun dorongan menggunakan transportasi umum dan berjalan kaki bisa terealisasi apabila adanya dukungan juga dari pemerintah, mulai dari peningkatan kualitas armada transportasi umum dan ketersediaan akses pejalan kaki.

Kembali berjalan kaki di Jakarta, membuat saya melambatkan langkah di tengah ritme cepat dari lingkungan di Jakarta. Mungkin benar kata kawan saya, Em, kita memberi ruang berinteraksi kepada diri sendiri juga dengan lingkungan dan orang lain. Meski fasilitas pejalan kaki belum mumpuni, namun perkembangan serta pembangunan terus dilakukan, hal ini juga pernah dituturkan Riri Asnita selaku Wakil Dinas Bina Marga DKI saat sesi diskusi pada pagi hari, menyambut gerakan Bulan Tertib Trotoar tersebut, DKI saat ini tengah membangun trotoar sepanjang 80KM di beberapa titik dan akan terus dilaksanakan hingga Desember 2017. Harapannya trotoar tersebut bisa digunakan oleh pejalan kaki. Di samping itu, area tersebut juga akan dilengkapi dengan jalur pengguna sepeda dan ruas yang akan diisi transportasi umum. Ferdinand Ginting dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta menuturkan hal yang sama dan menunjukkan dukungannya terhadap ajakan berjalan kaki dan menggunakan transportasi umum. Baginya itu bisa menjadi salah satu solusi pengurangan titik kemacetan di Jakarta.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari kegiatan Parking Day dan terlibat dalam kampanye #PedestrianFirst, saya membuka ruang berinteraksi sebesar – besarnya dengan sesama pejalan kaki, dengan hal kecil yang kerap saya lewati  sambil lalu, dan kepada cerita – cerita yang tercecer di jalanan. Mungkin dari kegiatan berjalan kaki, saya pun mengenang percakapan – percakapan yang terjadi dan kembali merenungkannya.

Selamat berjalan kaki!