DE

Demokrasi
Pelatihan Komunikasi Politik Partai Demokrat

Hotel Gaia Cosmo, Yogyakarta, 3 Maret 2018

Hasil survei yang dilakukan lembaga penelitian SMRC menunjukan bahwa 55% jumlah pemilih pada pemilu 2019 berusia 17-38 tahun. Keterlibatan signifikan pemilih muda juga diperkuat dengan hasilpenelitian yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) yang membeberkan  jumlah angka pemilih pemula yang mencapai 60 Juta orang dan jumlah pemilih muda dibawah usia 35 tahun yang sudah mendekati angka 100 juta orang.

Data-data yang dirilis diatas menunjukan bahwa mayoritas pemilih pemula dan juga pemilih umum merupakan generasi muda. Generasi muda pada dasarnya merupakan sebuah generasi yang melek Internet dan menggunakan beragam sosial media untuk membagi dan mendapatkan informasi. Sifat dan karakter generasi muda yang melek digital akan memberikan tantangan kepada Partai Politik untuk mengemas dan mengkomunikasikan nilai-nilai yang dianuti oleh Partai secara menarik dan kreatif. Ditambah lagi generasi muda  memiliki kecenderungan untuk apatis terhadap  perkembangan politik secara umum di Indonesia. Gejolak apatisme ini dikarenakan merajalelanya isu korupsi, kolusi dan nepotisme yang tidak terkendali dan mempengaruhi citra Partai Politik secara buruk.

Pelatihan Komunikasi Politik Partai Demokrat
© FNF Indonesia

Berangkat dari kesempatan dan tantangan yang dihasilkan oleh fenomena pemilih muda, Partai Demokrat bersama Yayasan FNS Indonesia melakukan pelatihan peningkatan kapasitas kader  di bidang komunikasi poltik untuk memberikan jawaban-jawaban konkrit untuk mengatasi tantangan generasi pemilih millennial. Pelatihan ini menghadirkan pembicara-pembicara ternama seperti tokoh masyarakat Mas. Eko Bebek dan Dosen Filsafat Bapak. Rocky Gerung.

Melalui paparan Ibu Emma Nadia, para kader Partai Demokrat DIY dapat memahami pentingnya personal branding dan anomali politik dalam berkampanye politik. Dalam sesinya, Ibu Emma mengatakan bahwa anomali politik dibutuhkan untuk menarik perhatian publik yang sudah putus asa untuk melihat perubahan menuju arah yang lebih baik. Indikator untuk terciptanya sebuah anomali politik adalah anti kemapanan, sesuatu yang dianggap baru, memanfaatkan ketidaktahuan publik dan memberikan sebuah kanal ventilasi proses ketidakpuasan masyarakat.  Dalam rangka menarik perhatian publik dan membuat sesuatu yang dianggap baru Mas. Eko Bebek mengajari para peserta bagaimana mengemas content-content komedi dalam politik. Pengalaman Mas Eko sebagai konsultan kreatif politisi membuktikan bahwa untuk memenangi hati konstituen tidak membutuhkan biaya-biaya dengan jumlah yang tidak masuk akal sehingga terjadi praktik politk transaksional yang tidak terhindarkan.

Pelatihan Komunikasi Politik Partai Demokrat
© FNF Indonesia

Di sesi puncak acara, narasumber Bapak Rocky Gerung memaparkan pentingnya akal dan nalar untuk membaca politik kekinian. Untuk berargumentasi dengan lawan politik, pembicara menjelaskan bagaimana membangun landasan argumentasi yang kokoh. Disamping hal ini, Pak Rocky juga mengajak para kader untuk mengkonseptualisasi arti politik yang baru. Pembicara mengatakan bahwa arti politik yang dipelajari dalam buku pelajaran adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan. Menurut pembicara definisi tersebut harus ditambah dengan memasukan unsur „penyerangan kemustahilan“ atau dengan kata lain merealisasikan hal-hal yang mustahil dan tidak dapat diprediksi oleh lawan politik.    

Pelatihan Komunikasi Politik Partai Demokrat
© FNF Indonesia