DE

Kebebasan Ekonomi
Pemuda dan Bisnis dalam Masa Revolusi Digital

Youth Talk : Youth, Media and Industrial Revolution 4.0
© FNF Indonesia

Sejak dimulainya revolusi industri di abad ke 18, peradaban manusia berkembang dengan pesat, khususnya dari segi sosial dan ekonomi. Di abad ke-21, revolusi industri telah mencapai tahapan keempat yang ditandai dengan pengintegrasian media-media digital dan kecerdasan artifisial dalam proses perindustrian. Menyadari bagaimana periode ini dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi para pemuda di Indonesia, Friedrich Naumann Stiftung, bekerja sama dengan Freedom Institute, Garda Bangsa dan Moeda Institute menggelar sebuah diskusi publik bertajuk “YOUTH TALK: Youth, Media and Industrial Revolution 4.0” pada tanggal 10 November yang lalu di Café Joglo, Jogjakarta. Acara yang dihadiri oleh sekitar 50 peserta ini menghadirkan Nur Kholim, Wakil Sekretaris Jenderal Garda Bangsa dan Bapak Syukron selaku ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia cabang Jogjakarta.

Youth Talk : Youth, Media and Industrial Revolution 4.0
© FNF Indonesia

Sebagai pembicara pertama, Nur Kholim, yang lebih akrab disapa Billy Ariez, mengawali presentasinya dengan sejarah singkat revolusi industri. Di Indonesia sendiri, dampak revolusi industri keempat dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada struktur ekonomi nasional. Di era digital ini, penyerapan tenaga kerja di sektor jasa mengalami peningkatan. Selain itu, meski jumlah tenaga kerja lebih kecil dari sektor lainnya, sektor jasa berkontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Beliau juga memaparkan beberapa perubahan baik yang dibawa oleh revolusi keempat ini, di antaranya inklusivitas yang tercipta dari kemudahan akses, efisiensi dan inovasi. Sementara itu, ketidakpahaman, kompetisi yang ketat dan tidak meratanya infrastruktur menjadi beberapa tantangan yang harus dihadapi, secara khusus di Indonesia dengan populasi pemudanya yang meningkat namun tidak berpendidikan tinggi.

Pembicara kedua, Bapak Syukron, menghubungkan digitalisasi dengan trend para pemuda Indonesia dalam mencari pekerjaan. Dewasa ini, fleksibilitas dan independensi menjadi salah satu prioritas utama dalam memilih suatu mata pencaharian. Hal ini diamatinya dari pengalamannya berbincang dengan para pengemudi transportasi online. Banyak di antara mereka yang mengorbankan pekerjaan yang stabil sebagai pegawai negeri dan memilih mengemudi taksi atau ojek online yang lebih fleksibel dengan pendapatan yang tidak jauh berbeda. Digitalisasi dan sharing economy memungkinkan mereka untuk menjadi pemimpin bagi diri mereka sendiri. Mengambil contoh dari berhenti terbitnya berbagai koran dan majalah online, beliau juga menekankan pentingnya adaptasi bagi perusahaan-perusahaan di era digital.

Menjawab kekhawatiran bahwa lapangan pekerjaan akan berkurang seiring digunakannya media digital, robot dan kecerdasan artifisial dalam proses produksi, kedua narasumber percaya bahwa tantangan tersebut dapat dihadapi dengan cara membekali calon pencari kerja masa depan dengan kemampuan digital. Ini dapat dicapai dengan mengintegrasikan pelajaran IT bersamaan dengan bidang-bidang studi yang mereka pelajari di sekolah maupun perguruan tinggi.