Demokrasi
Pendidikan Kewarganegaraan "Politik Itu Indah"
![Kopi Darat untuk Rakyat](/sites/default/files/import/2016-10/2468-img_8754.jpg.jpeg)
Ketika mendengar kata “politik”, seringkali yang terbayangkan adalah politik sebagai alat kekuasaan yang erat kaitannya dengan hal-hal negatif. Hal yang sering tidak disadari adalah politik adalah juga merupakan salah satu strategi untuk memperbaiki kebijakan. Melanjutkan pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan sebelumnya, Friedrich Naumann Foundation (FNF) Indonesia bersama dengan Lembaga Gerak Pemberdayaan (LeGePe) dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah kembali melakukan pendidikan kewarganegaraan “Politik Itu Indah”. Pendidikan kewarganegaraan kali ini diselenggarakan di Hotel Regina Pemalang pada tanggal 1 – 2 Oktober 2016. Peserta pelatihan kali ini terdiri atas tokoh masyarakat dan mahasiswa dari kota Pemalang, Tegal dan juga Cilacap.
Acara pelatihan dibuka dengan sambutan dari Sunaryo selaku Ketua dari LeGePe dan Nur Rachmi selaku Program Officer FNF Indonesia. Dalam sambutannya, Nur Rachmi menekankan bahwa warga juga harus terlibat dalam kebijakan daerah. Hal ini dilakukan untuk mendukung pelayanan publik agar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi dari bawah.
![Sambutan Acara](/sites/default/files/styles/uv_full_content/public/import/2016-10/2469-img8668.jpg.jpeg?itok=F0egB-Hs)
Usai sambutan, acara langsung dilanjutkan dengan perkenalan dan pemaparan materi. Dalam sesi perkenalan, para peserta diminta menuliskan makna politik bagi mereka. “Alat kekuasaan”, “transaksi kepentingan”, “hegemoni” hingga “politik sebagai assiasatut tarbiyyah” menjadi sebagian besar hal-hal yang dituliskan peserta dalam sesi ini. Hal ini kemudian direspon oleh narasumber Sunaryo dalam materi “Demokrasi, Politik dan Etika”. Dalam konteks politik, demokrasi dimaknai sebagai pemilihan atau pengambilan keputusan orang banyak untuk menentukan pemimpinnya. Sementara itu, pemerintah berperan untuk pemenuhan persyaratan, proses dan legitimasi hukum serta melaksanakan tata nilai moral. Terkait Provinsi Jawa Tengah, demokrasi, politik dan etika dimaknai sebagai langkah untuk menuju Jawa Tengah yang Sejahtera dan Berdikari.
![Pemaknaan Politik](/sites/default/files/styles/uv_full_content/public/import/2016-10/2470-img8676.jpg.jpeg?itok=jTCx9ID_)
Pelatihan dilanjutkan dengan diskusi kelompok dengan beberapa metode, salah satunya World Café. Tema-tema yang diangkat antara lain, membangun kesadaran politik masyarakat, meningkatkan popularitas calon, meningkatkan elektabilitas calon, mobilisasi suara pemilih serta mengawal dan mengamankan suara pemilih. Pada malam harinya, diskusi dilanjutkan dengan metode apresiasi seni. Sejumlah karya dihasilkan peserta, antara lain puisi dan gambar yang merepresentasikan situasi menjelang pilkada di masing-masing daerah.
![Diskusi Kelompok](/sites/default/files/styles/uv_full_content/public/import/2016-10/2471-img8709.jpg.jpeg?itok=mDYsL3Dv)
![Salah satu apresiasi seni](/sites/default/files/styles/uv_full_content/public/import/2016-10/2475-img8755.jpg.jpeg?itok=4wkjvWyp)
Pada hari kedua, pelatihan dilanjutkan dengan diskusi kelompok dengan metode studi kasus Kabupaten Lima yang akan menyongsong Pilkada. Para peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok yang mewakili kecamatan dalam kabupaten tersebut dan kemudian merancang strategi pemenangan Pilkada. Sebagai respon dari diskusi tersebut, peserta kembali mengelompok berdasarkan daerah asal mereka dan membuat rancangan strategi pemenangan Pilkada. Terkait hal ini, Kabupaten Cilacap menjadi daerah yang paling dekat dengan Pilkada mendatang. Pelatihan dua hari ini kemudian ditutup dengan presentasi rencana kerja peserta untuk mengoptimalkan proses politik di masing-masing daerah.
![Peserta pelatihan](/sites/default/files/styles/uv_full_content/public/import/2016-10/2473-img8780.jpg.jpeg?itok=2oQLiVko)