DE

Perubahan Iklim
Produktivitas Mangrove dalam Menurunkan Laju Perubahan Iklim

Youth CliMates Camp: Your Ocean Needs You - Act Now!, Pulau Tidung, 24-25 April 2019
Mangrove Planting
© FNF Indonesia, Climate Institute

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Dikenal sebagai negara maritim dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia dengan panjang 99.093 KM, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Kawasan pesisir Indonesia menjadi rumah bagi seperempat Hutan mangrove dunia. Ekosistem mangrove merupakan salah ekosistem perairan yang penting, namun kadang kala terlupakan, dalam pembahasan penanggulangan perubahan iklim.

Youth Climates Camp: Your Ocean Needs You - Act Now, Pulau Tidung, 24-25 April 2019
Narasumber Dr. Wawan Kiswara, Yayasan Lamun Indonesia mengisi Sesi Seminar untuk warga Pulau Tidung © FNF Indonesia, Climate Institute

Dikenal sebagai blue carbon, ekosistem mangrove memiliki keterkaitan erat terhadap perubahan iklim. Keberadaan mangrove yang sehat di kawasan pesisir dapat meningkatkan resiliensi masyarakat pesisir terhadap perubahan iklim dan meminimalisir dampak bencana alam seperti tsunami, badai, dan gelombang (fungsi adaptasi). Mangrove turut serta dalam mengendalikan perubahan iklim dengan berperan sebagai paru-paru dunia melalui penyerapan dan penyimpanan karbon biru (fungsi mitigasi). Selain berfungsi sebagai pelindung pantai dan ‘karbon biru’ (blue carbon), mangrove merupakan nursery ground dan habitat biota yang bernilai ekonomis seperti ikan, kepiting, dan udang (manfaat untuk livelihood). (Sumber: Litbang KPKP)

Youth Climates Camp: Your Ocean Needs You - Act Now, Pulau Tidung, 24-25 April 2019
Sesi Pengarahan Singkat sebelum Sesi Penanaman Mangrove dan Lamun © FNF Indonesia, Climate Institute

Berdasarkan informasi yang diberikan Deputi Bidang SDM, Iptek, dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Kemaritiman,Safri Burhanuddiin, diketahui bahwa kawasan pesisir akan terus didorong untuk dikembangkan sebagai potensi karbon biru. Dijelaskan pula bahwa terdapat tiga ekosistem yang berpotensi sebagai karbon biru yaitu mangrove, padang lamun, dan rumput laut yang diyakini 10 kali lebih efektif dalam menyerap karbon dioksida per kawasan/tahun daripada hutan boreal, subtropis atau tropis. Ekosistem ini juga hampir dua kali lebih efektif dalam menyimpan karbon di dalam tanah dan biomassa mereka. (Sumber: WRI Indonesia)

Vegetasi pesisir diyakini dapat menyimpan karbon 100 kali lebih banyak dan lebih permanen dibandingkan dengan hutan di daratan

Safri Burhanuddiin, Deputi Bidang SDM, Iptek, dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Kemaritiman

Potensi ekosistem pesisir untuk karbon biru memerlukan pengelolaan ekosistem pesisir yang berkelanjutan dan koordinasi antar kementerian serta pemangku kepentingan lainnya. Sebagai bentuk investasi langsung dalam melindungi ekosistem laut dan pesisir, Youth CliMates 2019, melakukan penanaman mangrove dan lamun di Kawasan Restorasi Mangrove Pulau Tidung, Kepulauan Seribu pada 24 April lalu. Keikutsertaan lebih kurang 70 orang pemuda dan warga lokal dalam acara Seminar Konservasi Mangrove dan Lamun, Beach Clean-Up dan Mangrove Plantation diharapkan dapat mendorong perhatian warga pulau akan meningkatnya kerentanan bencana abrasi dan kenaikan permukaan air laut akibat rusaknya hutan mangrove.