DE

Perubahan Iklim
Seminar Launching Buku: Perubahan Iklim di Kota Kupang

Hotel on the Rock, 21 Mei 2017
Kupang Book Lauch, Kota Kupang dan Perubahan Iklim
© FNF Indonesia

Kota Kupang merupakan kota pesisir yang memiliki intensitas curah hujan yang relatif sangat rendah dibandingkan kota-kota lain di Indonesia. Peningkatan suhu temperatur di kota Kupang akibat kegiatan antropogenik tidak hanya saja mengurangi intensitas curah hujan, tetapi juga meningkatkan kerapuhan kehidupan nelayan di wilayah pesisir yang terdampak oleh peningkatan permukaan air laut, gelombang tinggi dan angin kencang. Selain itu, produktivitas hasil panen petani juga berkurang akibat musim kemarau yang panjang.

Seminar Lauching Buku yang bertajuk "Perubahan Iklim di Kota Kupang" diselenggarakan bersama oleh Pokja Green and Clean ++, FNF Indonesia dan Climate Institute yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada pemuda-pemuda Kota Kupang tentang Perubahan Iklim. Seminar ini menghadirkan Rayla Kusrorong sebagai peneliti kajian rekomendasi politik yang berjudul "Perubahan Iklim di Kota Kupang".

 

Seminar Book Lauch Kota Kupang FNF
© FNF Indonesia

Pemateri Rayala Kusrorong membuka sesinya dengan mengidentifikasi dampak-dampak dari perubahan iklim di kota Kupang dan tantangan-tantangan yang harus dihadapi masyarakat Kota Kupang terkait dampak perubahan iklim seperti abrasi pantai, tanah longsor, kekeringan, gagal panen dan penurunan hasil tangkapan ikan.

"Hal-hal yang telah dijelaskan mengkonfirmasi tingkat kerentanan perubahan iklim yang sangat tinggi di Kota Kupang, dalam kaitannya dengan Kota Kupang bahwa perubahan iklim yang terjadi dalam skala global berpengaruh hingga lokal. Hal tersebut diperparah dengan aktifitas-aktifitas masyarakat Kota Kupang yang seingkali tidak sadar lingkungan." tutur Rayla

Seminar Book Lauch Kota Kupang FNF
© FNF Indonesia

Di sesi kedua Direktur Eksekutif NGO Pikul, Torry Kuswardono, menjelaskan sektor-sektor di Kota Kupang yang berkontribusi terhadap peningkatan gas rumah kaca.  Pemateri juga menambahkan dengan bertumbuhnya penduduk di Kota Kupang maka kebutuhan energi untuk listrik, bahan bakar rumah tangga, pemakaian kendaraan dan timbulan sampah juga meningkat.

Di akhir sesi pemateri menyimpulkan bahwa Kota Kupang secara eksplisit belum memiliki rencana pembangunan yang rendah karbon dan adaptif terhadap perubahan iklim. Salah satu kendala yang ditemukan oleh pemateri adalah kurangnya pembiayaan untuk meningkatkan kapasitas perencanaan pembangunan dan juga mengembangkan kegiatan-kegiatan pembangunan rendah karbon.