DE

Perubahan Iklim
Seminar Publik " Infrastructure, Mobility and Climate Change"

COE Peramina FMIPA Depok, 28th April 2017
FMIP Seminar Infrastructure and Mobility and Climate Change
© FNF Indonesia

Freedom Institute, Climate Institute (CI), Kelompok Studi Geografi UI dan Friedrich Naumann Stiftung Indonesia (FNF) menyelenggarakan sebuah acara diskusi publik pada 28 April 2017 di gedung COE Pertamina FMIPA Universitas Indonesia. Acara ini bertujuan untuk membangun kesadaran mahasiswa akan dampak-dampak dari perubahan iklim dan memperkenalkan bentuk best practices dalam mengurangi emisi gas rumah kaca di bidang transportasi dan infrastruktur perkotaan.

Acara ini menghadirkan dua narasumber kompeten yakni Dr. Triarko Nurlambang , Dosen Geografi FMIPA UI, dan Pak Husni Thamrin selaku Kepala Working Group LIntas Partai Perubahan Iklim. Dalam pemaparannya Dr. Triarko Nurlambang menjelaskan bahwa pengunaan ilmu pragmatis tidak cukup untuk mengakomodir permasalahan perubahan iklim. Untuk mengatasi persoalan perubahan iklim dibutuhkan sebuah kajian multidisipliner seperti sistem analisa dinamis yang melibatkan multisektor. Beliau juga menekankan bahwa permasalahan perubahan iklim tidak boleh dilihat dari sisi negatifnya saja, tetapi permasalahan perubahan iklim juga memberikan kesempatan untuk manusia untuk melakukan inovasi-inovasi baru.

"Perosalan perubahan iklim itu tidak lepas dari ketakutan kita untuk bertahan dan melanjutkan hidup. Hal ini sangat wajar. Ketika manusia menhadapi ketakutan dan kondisi dimana manusia tersebut harus bertahan, maka akam memicu otak mereka untuk menemukan solusi yang inovatif." ujar Dr. Triarko

Terkait hal ini Dr. Triarko menunjukan karya-karya manusia yang dapat mengurangi gelombang panas akibat solar radiasi matahari di perkotaan. Pengunaan semen sebagai bahan jalan dan mencat atap rumah menjadi putih merupakan hal sederhana yang bisa dilakukan untuk mengurangi gelombang panas.

FMIP Seminar Infrastructure and Mobility and Climate Change
© FNF Indonesia

Menyambung paparan Dr. Triarko, Pak Husni Thamrin berbagi best practices dari kota Hamburg yang membangun rumah apung rendah karbon, menyediakan teknologi pengunaan energi terbarukan untuk setiap rumah tangga dan teknologi penghematan listrik di siang hari. Selain hal ini, Pak Husni Thamrin menekankan laju urbanisasi yang semakin tak terkendali. Berdasarkan referensi dari Pak. Thamrin, di tahun 2050 penduduk kota di seluruh bagian dunia akan mencapai angka 6.4 milyar penduduk (sekitar 70%). Dengan meningkatnya laju penduduk di perkotaan maka permintaan energi, hunian dan makanan akan bertambah. Meningkatnya permintaan tersebut akan menambah laju emisi secara signifikan. 

Di akhir sesi pak Husi Thamrin mengusulkan bahwa kota Depok dapat mengembangkan pilot project terkait energi terbarukan. Dalam konteks energi terbarukan, narasumber merekomendasikan untuk membangun rumah susun yang dapat menghasilkan energi yang mandiri melalui sistem daur ulang sampah dan mengubah urin dan kotoran menjadi biogas.