DE

International Visit
Sepenggal Cerita dari Asia Liberty Forum 2017

Mumbai, 10 - 11 Februari 2017
Panitia ALF 2017 dari Centre for Civil Society, India
Panitia ALF 2017 dari Centre for Civil Society (CCS) India © FNF Indonesia

Tanggal 10-11 Februari 2017 tercatat sebagai tanggal terlaksananya hajatan regional dari para penggiat dan pejuang Kebebasan (Asia Liberty Forum-ALF) dari berbagai kawasan di Asia. Ini kali kedua saya hadir, setelah sebelumnya tahun lalu di Kuala Lumpur-Malaysia, sebagai salah satu pembicara dalam sesi break-out konferensi 2016.

Centre for Civil Society (CCS) yang bertindak sebagai tuan rumah ALF 2017 dengan dukungan penuh dari Atlas Network serta mitra lainnya seperti Frederich Naumann Foundation – Kantor Asia Selatan. Bagi India, ALF ini merupakan ketiga kali bertindak sebagai tuan rumah setelah ALF 2013 dan 2014 di New Delhi. ALF 2015 di Kathmandu, Nepal dan ALF 2016 di Kuala Lumpur, Malaysia. Tahun depan, ALF akan singgah di Jakarta, Indonesia dengan Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) sebagai tuan rumah.

ALF 2017 diselenggarakan di Mumbai. Dalam konferensi ALF kali ini Suara Kebebasan memperoleh kesempatan berharga untuk mempromosikan gagasan advokasi masyarakat sipil dalam pemilihan kursi kosong Mahkamah Konstitusi (MK) yang ditinggalkan mantan Hakim MK Patrialis Akbar, akibat terjerat Operasi Tangkap Tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhir Januari lalu.

Editor Utama Adinda Tenriangke Muchtar telah menuliskannya dalam editorial terbaru kami. Walaupun belum berhasil memenangkan juara pertama pada kontes Shark Think Tank Competition gagasan kami, namun kami memperoleh kesempatan langka dan sangat berharga, untuk menyakinkan kelima juri dalam kontes tersebut. Tentu saja kami telah merasa cukup senang gagasan advokasi riil ini diapresiasi Atlas Network guna tampil dalam salah satu acara konferensi kali ini. Terima kasih juga saya sampaikan kepada FNF Indonesia yang menyediakan kesempatan berharga bagi saya untuk hadir, mendukung Adinda Muchtar dalam kompetisi tersebut.

Editor In Chief Suara Kebebasan
Editor In Chief suarakebebasan.org dalam presentasi Shark Think Thank Competition ALF 2017 © FNF Indonesia

Salah satu sesi yang saya ikuti dan paling berkesan adalah Peluncuran Buku terbaru dari Tom Palmer dari Atlas Network, Amerika berjudul Self-Control or State Control? Youd Decide. Suasana diskusi hangat dan penuh dengan audiens meliputi sesi itu, mengingat buku terbaru Tom Palmer ini sangat relevan dari sisi konten serta meliputi berbagai disiplin keilmuan, mulai dari ilmu sosial seperti ekonomi, politik dan sastra juga ilmu psikologi dan kedokteran yang membahas tentang bagaimana natural science memandang aspek kontrol dalam diri manusia.

Suasana menguatnya gerakan anti-liberalisme di pelbagai kawasan di dunia. Di Amerika Serikat misalnya terpilihnya Presiden Donald Trump yang disokong oleh gerakan Alt-Right (Kanan Alternatif) mencoba membalikkan publik ke masa lalu, dimana superioritas kaum kulit putih masih sangat dominan. Di China, teman saya Ma Jun Jie menuturkan bagaimana rezim Presiden Xi Jinping semakin bertindak represif dengan menutup laman Unirule Institute of Economics, salah satut lembaga pemikir dengan tradisi liberalisme klasik, yang sangat berjasa mempercepat dan mendorong China untuk memasuki ekonomi pasar

Dari Eropa menguatkan Partai-Partai aliran Ekstrem Kanan yang akan bertarung pada Pemilihan Umum tahun ini di dua negara besar penyokong kuat Uni Eropa: Perancis dan Jerman, menambah daftar panjang menguatnya illiberalism dalam sisi praksis politik.

Di tengah berbagai tantangan eksternal bagi gagasan dan gerakan liberal di kawasan Asia perlu terus menumbuhkan optimisme yang bersandar pada kesadaran bahwa kita tidak sendiri menghadapi masalah ini. Menjumpai kawan-kawan lama seperti Ken Scholland dari Hawaii, Amerika Serikat, Chris Lingle dari Amerika, dan Barun Mitra dari India, juga jejaring baru semisal Linda Whetstone dari Inggris, Alex Tabarok dari George Mason University, AS, dan Glenn Cripe dari Amerika Serikat.

Saya juga memperoleh kesempatan menyampaikan bagaimana buku petualangan Jonathan Gullible karya Ken Scholland telah sangat berjasa menjelaskan apa ekonomi pasar dan manfaat perdagangan bebas bagi kemajuan peradaban manusia modern dewasa kini. Adapun, Ken Scholland dari Liberty International bersama JP Narayan dari India; Glenn Cripe dari Languange of Liberty Institute Amerika; dan Barun Mitra dari India mengisi sesi break-out How do we persuade people to embrace liberalism?

Terlepas dari semangat anti perdagangan bebas yang masih terus mengemuka, kehadiran cerita Jonathan Gullible menjadi contoh nyata bagaimana kita dapat mengampanyekan gagasan liberalisme dalam bahasa yang mudah dipahami khalayak umum. Buku itu sendiri telah diterjemahkan ke lebih dari 35 bahasa di dunia.

Muhammad Iksan, Ken Scholland dan Amin Ahmad
Bersama Ken Scholland dari Liberty International dan Amin Ahmad dari LEAD, Malaysia © FNF Indonesia