DE

Smart City
Serunya Belajar Infrastruktur dan Transportasi Modern

Workshop Mobility, Infrastructure and Climate Change, Tangerang, 2-5 Maret 2017
Foto Bersama di PT TransJakarta

Foto Bersama di PT TransJakarta

Dengan meningkatnya urbanisasi dan aktivitas manusia di perkotaan, dapat kita pahami bahwa kini pembangunan kota pun menjadi krusial dalam mengatasi perubahan iklim. Sejalan dengan fokus proyek iklim Friedrich Naumann Stiftung di tahun 2017 mengenai perubahan iklim di wilayah perkotaan, FNS, bekerja sama dengan Freedom Institute, Garda Bangsa dan Indonesian Youth Team on Climate Change menyelenggarakan sebuah lokakarya bertajuk „Mobilitas, Infrastruktur, dan Perubahan Iklim“ pada tanggal 2-5 Maret 2017. Dalam lokakarya yang bertempat di Hotel Santika BSD ini, para peserta terpilih yang terdiri dari mahasiswa dari berbagai universitas belajar bagaimana infrastruktur dan sistem transportasi di perkotaan harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga menciptakan kota yang tangguh dan pintar serta ramah lingkungan.

Sesi World Cafe Mengenai Masalah Transportasi

Sesi World Cafe Mengenai Masalah Transportasi

Pada hari pertama setelah sesi perkenalan, acara dilanjutkan dengan sesi World Cafe yang dipandu oleh fasilitator dan para panitia. Dalam sesi ini, peserta dapat mengunjungi empat café yang menyediakan menu-menu berbeda yang meliputi digitalisasi transportasi, pejalan kaki, transportasi publik, dan kemacetan lalu lintas. Di setiap kafe, para peserta diberi kesempatan untuk mengidentifikasi masalah dan berdiskusi mengenai solusi yang dibutuhkan terkait masing-masing topik untuk kemudian didiskusikan bersama-sama di dalam forum. Kegiatan pun dilanjutkan dengan bersama-sama menonton film dokumenter “Before The Flood” yang mengisahkan tentang perjalanan sang sutradara Fisher Stevens dan Leonardo diCaprio selama tiga tahun untuk mendokumentasikan dampak perubahan iklim di berbagai belahan dunia. Setelah menonton film, para peserta diajak untuk mengidentifikasi aktor-aktor utama penyebab perubahan iklim serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasinya. Hasil diskusi ini kemudian akan dipresentasikan untuk mengawali kegiatan hari kedua.

Setelah mengawalinya dengan presentasi tugas dan review materi, diskusi hari kedua dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh akademisi dan ahli tata kota, Andi Simarmata mengenai pengintegrasian perubahan iklim dalam perencanaan kota. Simarmata menekankan bahwa pembangunan kota di Indonesia seharusnya bisa sejalan dengan SDGs dan new urban agenda untuk membangun kota yang rendah karbon dan resilien terhadap perubahan iklim dan bencana dengan program-program mitigasi maupun adaptasi. Di Indonesia sendiri, pembangunan kota yang tangguh menjadi penting mengingat banyaknya kota-kota yang terletak di kawasan pesisir yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Selain itu, berdasarkan data Renstra BPIW 2015, pada tahun 2020, diperkirakan akan tumbuh 20 metropolitan serta 50 kota dengan penduduk di atas 500 ribu jiwa. terdapat empat langkah yang dapat ditempuh untuk menciptakan kota resilien rendah karbon (R2K) yaitu dengan mereduksi emisi sektor, merestorasi carbon sink dan mengurangi resiko, menyinergikan kegiatan adaptasi dan mitigasi antarsektor, kompaksasi ruang kota dan penguatan kapasitas adaptasi kota serta institusionalisasi pembangunan kota. Meski demikian, dalam pengimplementasiannya, Indonesia dihadapkan dengan beberapa tantangan seperti permasalahan baseline data, pembangunan kapasitas serta hambatan institusional.

Sesi Diskusi Bersama Planolog Andy Simarmata

Sesi Diskusi Bersama Planolog Andy Simarmata

Pada sesi sore, lokakarya dilanjutkan dengan pemberian materi oleh Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) yang diwakili oleh asisten bidang perencanaan kota, Deliani Siregar. Dalam sesi ini, para peserta diberikan penjelasan mengenai Transit Oriented Development dalam pembangunan sebuah kota yang harus memperhatikan delapan prinsip yaitu walk, cycle, connect, transit, mix. densify, compact dan shift. Pada sesi ini, para peserta juga diajak untuk menuangkan kreativitas mereka dalam mendesain jalan yang baik. Dengan dibekali potret sebuah jalan yang telah tersedia dan spidol warna-warni, peserta diminta untuk mendesain ulang jalan tersebut dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang telah mereka pelajari di dalam kelompok. Sebagai penutup, setiap kelompok akan mempresentasikan hasil desain mereka dilengkapi dengan argumen yang menjadi alasan dari penataan jalan yang telah mereka lakukan.

Belajar Desain Jalan yang Baik Bersama ITDP

Belajar Desain Jalan yang Baik Bersama ITDP

Dalam lokakarya ini, para peserta juga berkesempatan mengunjungi PT TransJakarta dan Jakarta Smart City dalam program field trip di hari ketiga. Pada kunjungan ke PT TransJakarta, para peserta disambut oleh Direktur Operasional PT Transjakarta, Bapak Daud Joseph. Dalam kesempatan tersebut beliau menjelaskan bagaimana TransJakarta telah berubah dan berkembang selama beberapa tahun terakhir demi meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umum dengan menciptakan SMART public transportation (Safe, Modern, Affordable, Reachable and Timely Accurate). Untuk mencapai target tersebut, TransJakarta telah mengembangkan layanan mereka seperti dengan mode operasional direct service maupun fasilitas TransJakarta Care bagi penyandang disabilitas. Setelah itu para peserta diajak untuk melihat-lihat command center. Di tempat ini, para petugas yang masing-masing bekerja dengan tiga komputer dapat memantau dan mengendalikan armada di lapangan maupun koridor-koridor yang telah dilengkapi dengan teknologi GPS dan CCTV.

Mengunjungi Command Center TransJakarta

Mengunjungi Command Center TransJakarta

Setelah mengunjungi PT TransJakarta, para peserta, dengan dibantu oleh rekan-rekan dari ITDP bertolak menuju halte karet kuningan dengan bus TransJakarta edisi vintage untuk mempelajari tentang Bus Rapid Transit berstandar internasional. Sepanjang perjalanan hingga tiba di halte karet, para peserta diberikan penjelasan mengenai unsur-unsur apa saja yang esensial dalam sistem BRT yang baik begitu pula penilaiannya. Berdasarkan standard penilaian internasional, saat ini TransJakarta mengantongi peringkat perunggu dengan kisaran poin 55-69. Dari halte karet kuningan, bus kemudian membawa mereka ke kompleks Balai Kota untuk mengunjungi Jakarta Smart City. Di Jakarta Smart City, para peserta memperoleh banyak pengetahuan tentang pengintegrasian teknologi pintar ke dalam pemerintahan kota Jakarta. Dengan mengembangkan berbagai aplikasi, pemerintah kota Jakarta berusaha menciptakan sebuah pemerintahan yang transparan dan partisipatif.

TransJakarta dan Sistem BRT Standard

TransJakarta dan Sistem BRT Standard

Setelah kembali ke hotel, sesi dilanjutkan dengan pemberian materi dari pendiri situs Qureta, Luthfi Assyaukanie. Dalam sesi ini, peserta didorong untuk banyak memroduksi karya tulisan dan diberikan tips-tips bagaimana menulis yang baik, khususnya mengenai topik perubahan iklim. Pada malam harinya, para peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan domisili mereka masing-masing. Kelompok-kelompok ini kemudian ditugaskan untuk membuat rencana kegiatan mengenai perlindungan iklim. Ide-ide yang akan dipresentasikan pada keesokan harinya ini kemudian akan dilombakan dengan hadiah sejumlah dana proyek sebesar lima belas juta rupiah. Dalam kompetisi ini, satu kelompok dari DKI Jakarta dan satu dari Surabaya keluar sebagai pemenang setelah memaparkan rancangan program mereka yang menarik.

Kelompok Jakarta Memenangkan Kompetisi

Kelompok Jakarta Memenangkan Kompetisi