DE

Perubahan Iklim
Workshop Green Urban Lifestyle

Bali, 16-18 Agustus 2016
Climate Week Workshop 2016 Bali
© FNF Indonesia

Secara umum untuk menghindari dan mereduksi dampak-dampak dari perubahan iklim produksi gas rumah kaca harus dikurangi secara signifikan. Dan salah satu cara paling sederhana untuk melakukan hal tersebut adalah mengadopsi gaya hidup hijau di perkotaan atau lebih dikenal dengan istilah: Green Urban Lifestyle. Friedrich Naumann Foundation bersama dengan Freedom Institute dan Indonesia Youth Team on Climate Change menyelenggarakan loka karya selama tiga hari dengan tujuan untuk melakukan edukasi mengenai gaya hidup hijau di perkotaan yang berpotensi menurunkan penurunan emisi GRK dengan biaya yang sangat rendah. 

Di hari pertama, workshop secara resmi dibuka oleh direkur FNF Indonesia Pak Moritz Kleine-Brockhoff. Dalam kata sambutannya Pak Moritz menekankan pentingnya kesepakatan internasional, terutama hasil yang diraih dalam COP 21 berpotensi merubah konstelasi kebijakan negara menuju ke arah yang lebih berkelanjutan. Pak Moritz juga menambahkan pengalaman masa kecilnya di Jerman dimana pada saat itu Jerman sedang fokus melakukan pembangunan dan isu-isu terkait lingkungan masih di pandang sebelah mata. Partei Hijau di Jerman mengambil momentum dan mendorong topik-topik lingkungan ke ranah politik yang merubah regulasi dan gaya hidup masyarakat Jerman ke arah yang berkelanjutan. Di akhir pidato, Pak Moritz mengapresiasi usaha yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menjaga lingkungan, mengingat bahwa tantangan-tantangan yang dihadapi oleh negara ini masih banyak.

Setelah kata sambutan dari direktur FNF Indonesia, 22 peserta dari pelbagai Universitas yang ada di nusantara melakukan sesi speed dating untuk mencairkan suasana yang kaku. Kemudian para peserta diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil-hasil tulisan dan video mereka tentang topik : Green Urban Lifestyle.

   

   

Climate Week Workshop 2016 Bali
Peserta Climate Week Workshop Bali 2016 © FNF Indonesia

Di hari kedua fasilitator Misa dari Freedom Institute membuka acara dengan methode lesson's learned. Peserta menulis dalam selembar kertas ilmu-ilmu yang mereka pelajari pada sesi workshop di hari pertama. Setelah brainstorming mengenai pelajaran penting di hari kemarin, peserta dibagi menjadi tiga kelompok yakni; aktor, faktor dan cara. Kelompok aktor membahas peran-peran dan upaya aktor di tingkat negara dan tingkat individu dalam mempromosikan gaya hidup hijau yang berkelanjutan. Sedangkan kelompok faktor mencoba mengidentifikasi penyebab-penyebab yang mengharuskan masyarakat perkotaan melakukan gaya hidup hijau. Terkahir kelompok cara berusaha menghasilkan produk-produk inovatif yang memudahakan masyarakat perkotaan melakukan gaya hidup hijau. 

Untuk sesi penyampaian materi FNF Indonesia menghadirkan pembicara-pembicara dari latar belakang yang berbeda-beda. Sesi penyampaian materi pertama diisi oleh ketua CALD Bulgan Bayasgalant. Bulgan dalam sesinya menunjukan sebuah video animasi singkat yang menjelaskan kenapa perubahan iklim mendapat perhatian khusus dari semua kalangan masyarakat. Gerakan anak muda menurut Bulgan adalah salah satu solusi untuk menjaga temperatur Bumi dibawah 2 derajat. Anak muda memiliki wadah yang lengkap utnuk menginformasikan ancaman perubahan iklim. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan akses internet dan social media sangat membantu komunitas maupun organisasi politik pemuda untuk menyampaikan pesan secara efektif dan efisien mengenai perubahan iklim.

Di sesi pemaparan materi selanjutnya, Andy Hendricus selaku dosen Universitas Indonesia menjelaskan permasalahan-permasalahan secara garis besar yang dihadapi perkotaan karena dampak-dampak yang disebabkan oleh perubahan iklim. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman untuk membangun kota yang berkelanjutan dan kota yang resilient terhadap perubahan iklim. Ditambah lagi Bapak Andy mendorong dan mengajak anak muda untuk memikirkan cara bagaimana membangun resilient state dari bawah ke atas.  

Dan untuk sesi terakhir President ILFRY Pauline Kastermans  membagikan pengalaman organisasi pemuda ILFRY (Internasional Liberalization of Federal Youth) tentang kampanye topik perubahan iklim di konferensi perubahan iklim perserikatan bangsa-bangsa.  

 

    

Climate Week Workshop 2016 Bali
Sesi ILFRY © FNF Indonesia

Di hari ketiga sesi kembali dibuka oleh co-fasilitator dari IYTCC melalui pendekatan ice breaking. Seusai ice breaking para peserta yang kemarin dikelompokkan ke dalam tiga grup mempresentasikan hasil diskusi mereka melalui skema elevator pitching. Dalam sesi elevator piching para wakil kelompok mencoba meyakinkan para dewan juri tentang cara, aktor dan faktor yang mempengaruhi gaya hidup hijau di perkotaan. Setelah peserta selsai mempresentasikan materi mereka, para dewan juri wajib memberi nilai 1-5 dan memberikan masukan-masukan yang konstruktif. Pemenang sesi elevator pitching adalah kelompok satu yang menciptakan applikasi GO-Trash yang membanuk masyarakat untuk memilah samapah dengan baik dan benar. 

Selanjutnya wakil presiden ILFRY Sven Gerst memberikan pemahaman tentang etika seputar perubahan iklim . Dengan permainan pemikiran Sven Gerst mencoba menjelaskan kewajiban individu dibalik perubahan iklim. Beliau menjelaskan secara sederhana Non-Identity Problem manusia dalam mengurangi gas emisi rumah kaca. 

Acara diakhiri oleh panitia dengan membagikan lembar evaluasi dan melakukan foto bersama.