DE

Demokrasi
Workshop Mewartakan Isu Keberagaman

Salatiga 2-4 September 2016
All team
© FNF Indonesia

Jess C. Scott pernah berkata bahwa masyarakat adalah domba dan media adalah sang gembala. Pernyataan tersebut mungkin berdasarkan pemikiran bahwa media layaknya gembala yang mampu mengarahkan opini bahkan ideologi dari masyarakat.  Kekuatan media dapat pula diibaratkan pula seperti pisau yang tajam, kebermanfaatnya bisa membuahkan sesuatu yang baik namun bisa juga membawa malapetaka.

Atas dasar itulah, untuk ketiga kalinya di tahun ini Friedrich Naumann Foundation  (FNF) Indonesia menyelenggarakan Lokakarya bagi Jurnalis Kampus dalam Mewartakan Isu Keberagaman bersama dengan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK). Peserta berasal dari berbagai daerah di Nusantara, seperti Aceh, Medan, Maumere, Makassar, Jakarta, Surabaya dan beberapa daerah lainnya. Mengusung topik keberagaman, diharapkan para pers mahasiswa memiliki dasar pemahaman yang kokoh tentang ideologi jurnalisme damai dan teknik membuat pemberitaan tanpa unsur diskriminasi. 

Materi dalam lokakarya diberikan oleh beberapa narasumber seperti Budhy Munawar Rachman, Daniel Awigra, Dewi Chandraningrum, Andy Budiman, dan Budhi Kurniawan. Lokakarya diselenggarakan di Grand Wahid Hotel Salatiga dan berlangsung sejak jumat (02/09) hingga minggu (04/09). Sederet materi krusial disampaikan oleh narasumber kepada peserta melingkupi tema kebebasan beragama dan berkeyakinan, HAM dalam konteks beragama dan berkeyakinan, media dan perempuan, prinsip-prinsip jurnalisme keberagaman dan teknik penulisan feature keberagaman

Dewi Chandraningrum dalam sesi Media dan Gender
© FNF Indonesia

Semua pembekalan diikuti dengan baik oleh para peserta. Diskusi yang hangat dan hidup meletup-letup disepanjang sesi pembekalan. Setelah cukup dengan pembekalan materi, para peserta dibagi menjadi empat kelompok dan diajak untuk melakukan kunjungan lapangan ke dua tempat berbeda yakni Pura Adya Dharma dan Gereja Kristen Jawa Tengah Utara. Dalam kunjungan tersebut, peserta diminta menggali bagaimana hubungan antar umat beragama di Salatiga. Setelah melakukan kunjungan para peserta ditantang untuk menulis feature dari hasil wawancara dengan pemuka agama di kedua tempat tersebut. Banyak hal yang menunjukan bahwa toleransi umat beragama di Salatiga amat tinggi. Salah satu contohnya adalah menurut kesaksian yang dilontarkan oleh Romo Wiku Satya Dharma (Pendeta umat hindu di Pura Adya Dharma).  “Disini umat Islam berjasa dalam perawatan Pura kami, dan umat Kristen berjasa dalam menjaga keamanan pura Adya Dharma. Ketika wedalan (hari ulang tahun Pura) warga non hindu bantu untuk membuat arak-arakan” cerita lelaki yang sudah didiksa atau disucikan ini.

Romo Wiku Satya Dharma
© FNF Indonesia

Diakhir sesi para peserta mempresentasikan hasil tulisan kelompok mereka. Rencanya tulisan tersebut juga akan bisa diakses di website www.sejuk.org . Dari kegiatan ini diharapkan bahwa para pers mahasiswa mampu membuat sebuah pemberitaan yang netral, bebas kepentingan, dan mengungkapkan keberagaman dari berbagai perspektif. FNF percaya bahwa masyarakat mempunyai hak untuk mengakses berita valid dan mencerdaskan. Oleh karena itu suara media seharusnya menjadi suara untuk kebenaran bukan suara menyenangkan bagi kaum mayoritas saja.

presentasi
© FNF Indonesia