DE

Demokrasi
Mewujudkan “Blora Mustika”

Pendidikan Kewarganegaraan Tingkat Dasar “Politik Itu Indah”, Cepu, 12 - 13 Juli 2017
Peserta Kegiatan
Peserta Kegiatan © FNF Indonesia

Setiap daerah tentu memiliki visi dan misi tersendiri untuk memajukan wilayahnya. Sebagai sebuah kabupaten, Blora tidak hanya dikenal sebagai salah satu blok penghasil minyak bumi di Pulau Jawa dan juga tempat kelahiran sastrawan Pramoedya Ananta Toer. Kabupaten ini dikenal dengan slogan “Blora Mustika” yang merupakan akronim dari “Maju, Unggul, Sehat, Tertib, Indah, Kontinyu dan Aman”. Untuk mewujdkan hal ini, yang diperlukan tidak hanya peningkatan kapasitas teknis, namun juga pendidikan politik untuk dapat menghasilkan kebijakan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Sebagai rangkaian dari kegiatan tahun ini, Friedrich Naumann Foundation bersama dengan Lembaga Gerak Pemberdayaan (LeGePe) kembali mengadakan Pendidikan Kewarganegaraan Tingkat Dasar “Politik Itu Indah”. Kegiatan ini diselenggarakan di kota Cepu, pada tanggal 12 – 13 Juli 2017 lalu dan dihadiri mahasiswa serta aktivis desa yang berasal dari Kabupaten Blora. Acara ini juga dihadiri oleh Head of Office FNF Indonesia, Moritz Kleine-Brockhoff.

Presentasi mengenai institusi dalam demokrasi
Presentasi mengenai institusi dalam demokrasi © FNF Indonesia

Untuk menginisiasi diskusi, fasilitator memulainya dengan pertanyaan “Pemimpin dan Kepemimpinan seperti Apa yang Diinginkan Peserta?” Berbagai kriteria ideal pemimpin disampaikan oleh peserta, seperti bijaksana, jujur, adil, tegas, amanah hingga segara layaknya air mengalir. Diskusi ini kemudian dilanjutkan dengan presentasi narasumber Sunaryo dan Warsito Ellwein dari LeGePe. Kedua narasumber menekankan bahwa politik sebagai ruang terbuka bagi masyarakat untuk dapat berperan sebagai alat pengontrol dan juga implementasi kebijakan. Politik yang demokratis tentunya menjadi kondisi yang ideal bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Partisipasi masyarakat pun tidak hanya dapat dilakukan melalui lembaga legislatif, eksekutif dan juga yudikatif, namun juga melalui partai politik dan media massa.

Diskusi "Warung Kopi Rakyat" (World Cafe)
Diskusi "Warung Kopi Rakyat" (World Cafe) © FNF Indonesia

Mempelajari politik tentunya juga harus disesuaikan dengan kondisi daerah tempat berdiam. Sesuai dengan slogan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah saat ini, “Menuju Jawa Tengah yang Sejahtera dan Berdikari: Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi”, peserta diajak untuk berdiskusi dengan metode World Café dengan tema cara-cara berpartisipasi dalam politik. Topik-topik yang diangkat adalah “Memastikan Pemimpin Pro Rakyat”, “Menata Kerjasama (Gotong Royong)”, “Memperluas Dukungan”, “Manfaat Pemimpin Pro Rakyat” dan “Mengawal Kerja Pemimpin Pro Rakyat”. Kegiatan pendidikan kewarganegaraan pada hari pertama ini ditutup dengan apresiasi politik dalam bentuk seni, baik berupa puisi maupun drama singkat.

Sesi tanya jawab bersama dengan Head of Office FNF Indonesia
Sesi tanya jawab bersama dengan Head of Office FNF Indonesia © FNF Indonesia

Kegiatan pendidikan selama dua hari ini kemudian ditutup dengan penyusunan Rencana Tindak Lanjut. Peserta dibagi ke dalam dua kelompok yaitu Kabupaten Blora bagian Barat dan Timur. Sebelumnya, kegiatan kali ini juga diisi dengan sesi tanya jawab bersama dengan Head of Office FNF Indonesia. Berbagai pertanyaan muncul dari peserta, seperti latar belakang berdirinya FNF, dinamika politik Jerman hingga kontribusi terbesar FNF Indonesia hingga saat ini. Kesadaran dalam berpolitik sebagai Warga Negara Indonesia, khususnya warga Jawa Tengah dan Blora diharapkan mampu menggugah peserta untuk berkontribusi bagi tanah kelahirannya, layaknya pepatah “Sadumuk Bathuk, Sanyari Bumi.

Apresiasi seni
Apresiasi seni © FNF Indonesia